Senin, 27 Desember 2010

Kamu atau Aku atau Kamu?

Betapa ingin kulihat kamu tapi semakin kulihat semakin aku tak ingin tahu apapun. Mungkin karena aku memuakkan atau kamu memuakkan. Baiklah kita sama-sama memuakkan. Aku lihat kamu diantara hijau, aku juga lihat kamu diantara merah, akupun melihatmu diantara putih. Disana diam membisu tanpa aku tahu.

Aku tidak tahu kamu sedang apa. Aku tidak tahu sejak kapan kamu berada disana. Akupun tidak tahu kenapa kamu mengerikan. Gejolak dalam hatiku. Aku takut, aku marah, aku benci dan aku diam. Aku diam karena tak tahu kenapa aku takut, marah dan benci.

Kamu tidak tahu apa, kamu bukan payung, kamu juga bukan gelas ataupun angin. Kamu seperti sesuatu yang aku tak tahu. Kamu berada di hati dan otakku yang membuat mereka dan aku selalu berkelahi. Aku ingin berkelahi tapi bukan dengan mereka.

Kamu melemahkan tapi mungkin juga menguatkan. Kamu lebih mirip hantu karena kamu tidak ada bentuknya. Kamu lebih menyeramkan tapi ketika kulihat tidak. Kamu ya mungkin cuma kamu yang begitu, mungkin karena kamu sebagian dari aku? Hingga aku tak mengerti lagi.

Aku hanya harus menang tapi hanya aku yang boleh tahu kapan aku menang. Kalau suatu saat nanti tidak ada kamu mungkin aku akan lebih seru atau tidak? Karena kamu seperti candu yang membuat otakku terus berputar tanpa tahu kamu akan jadi apa.

Mungkin lebih baik kamu kubangkitkan dari duniamu agar kamu sadar siapa dirimu sebenarnya. Karena suatu saat nanti kamu dan aku harus sadar kalau kita tidak bisa terus berdampingan. Karena apapun kamu aku akan terus begini. Aku yang keras kepala ini. Kamu atau aku mungkin memang sama saja.

Senin, 20 Desember 2010

Jika Surga dan Neraka tidak ada, masihkah berbuat baik?

Saya baru saja berbicang-bincang mengenai agama bersama seorang teman. Perbincangan itu dimulai karena kami teratarik dengan Juru Bicara FPI yang taulah bagaimana. Lalu merembet jauh hingga ke sejarah tentang agama dan mengingatkan saya ke lagu Chrisye dan Ahmad Dhani yang kira-kira begini :
Apakah kita semua
Benar-benar tulus
Menyembah pada-Nya
Atau mungkin kita hanya
Takut pada neraka
Dan inginkan surga

Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkan kau bersujud kepada-Nya
Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau menyebut nama-Nya

Bisakah kita semua
Benar-benar sujud sepenuh hati
Kar`na sungguh memang Dia
Memang pantas disembah
Memang pantas dipuja

Nah, saya jadi mikir tentang ini. Pertama saya mulai dari saya dulu, saya berbuat baik untuk siapa sih? Untuk apa sih? Lalu tentang saya biarlah saya berpikir lagi untuk saya.

Pertama-tama saya ingin mengutip kata-kata Pak Hitler yaitu "siapapun yang gagal memahami maka kehilangan hak untuk mengkritik maupun mengeluh" dan kata-kata Pak Putu Wijaya yaitu "sesuatu yang terpotong adalah sangat berbahaya". Lalu mulailah saya berpikir tentang tafsir yang menurut saya saat ini banyak disalahgunakan, kenapa karena artinya terpotong. Tidak utuh.

Tafsir pertama tentang mati syahid, mati syahid adalah orang yang mati karena membela agamanya. Contoh pada zaman Nabi Muhammad. Nabi, sahabat-sahabat dan pengikutnya bukan ingin menyerang tapi ingin berdakwah dan di tengah ingin berdakwah diserang maka yang mati ,mati syahid. Paling tidak begitulah pengetahuan saya melalui cerita guru ngaji.

Bukan. Sekali lagi bukan. Membela agama dengan membunuh banyak nyawa tak berdosa. Contoh, tragedi bom Bali dan bom-bom lainnya di Indonesia atau dimanapun. Itu secara tidak langsung menyerang dan membunuh dan orang yang dibunuh tanpa perlawanan tanpa pula kita tahu apa yang ada dipikirannya.

Tafsir kedua tentang menyebarkan kebaikan dan menjaga orang-orang dari kemaksiatan. Contoh yang baik lagi-lagi Nabi Muhammad. Nabi berdakwah tanpa membunuh atau menghancurkan usaha orang lain tapi berdakwah dengan tulus ingin menyebarkan kebaikan.

Dan tentu saya pikir diartikan salah oleh sebagian orang, yang kita semua taulah. Menghancurkan usaha orang lain karena dianggap mesum atau membubarkan perkumpulan yang dianggap komunis, baru dianggap tanpa yakin itu benar atau bukan.

Yah. Begitulah kira-kira gambarannya, padahal semua orang yang beragama tahu bahwa Tuhan tidak mengajarkan untuk membunuh atau mengganggu ketentraman orang lain. Agama mengajarkan kebaikan karena itulah sarana kita berhubungan dengan Tuhan.

Aa Gym juga bilang, "jagalah hati". Karena hati adalah sarana kita berhubungan dengan sesama manusia juga dengan Tuhan. Hati harus dijaga agar tidak timbul perasaan iri, dendam, sombong, mau menang sendiri dan kawan-kawannya. Karena dengan menjaga hati akan timbul perasaan saling menghargai, menghormati dan menyayangi.

Maaf untuk yang beragama lain, saya memberi contoh melalui agama saya karena saya kurang mengerti agama lain sehingga saya kehilangan hak untuk mengkritik maupun mengeluh.

Berbuat baik karena ingin, menyenangkan, tulus atau rasa apapun lainnya, bukan karena ingin masuk surga dan tidak ingin masuk neraka. Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kita berbuat baik?

Selasa, 07 Desember 2010

Pelajaran dari Hitler

Sekarang. Saya sedang berusaha membaca dengan baik Mein Kampf dan sudah sampai di Bab VIII. Nah, di Bab sebelumnya yang judulnya revolusi ada sebuah kalimat yang menurut saya keren sekali. Ini dia kalimatnya :

"...Ketika dalam perang-perang panjang bertahun-tahun maut mengambil banyak kawan perjuangan dari barisan kami, tampak bagiku hampir sebagai dosa untuk mengeluh -bagaimanapun, bukankah mereka mati demi Jerman? Dan ketika gas menjalar - di hari-hari terakhir peperangan sengit - menyerangku juga, dan mulai menggerogoti mataku, dan dibawah ketakutan akan buta selamanya; aku hampir kehilangan hati untuk sesaat, suara kesadaranku menggelegar dalam diriku: betapa buruknya, apakah kau akan menangis ketika kondisi ribuan lainnya seratus kali lebih buruk daripada kamu! Sehingga akupun menanggung luka dalam diam.Tetapi sekarang aku tidak tahan lagi. Hanya saja sekarang aku memahami bagaimana semua penderitaan pribadi menghilang ketika dibandingkan dengan kemalangan tanah air kita."

Saya jadi berpikir tentang pemimpin Indonesia dan mau tidak mau jadi terpikir juga tentang dunia politik Indonesia karena dua hal itu memang seperti tidak dapat dipisahkan untuk sekarang ini.

Saya termasuk yang tidak percaya dengan politik di Indonesia bisa saya buktikan dengan tidak ikut pemilu dan kalau dipaksa saya memilih untuk pura-pura tidur. Saya memilih untuk tidak memilih karena saya percaya tidak ada yang bisa saya percaya untuk menjadi pemimpin.

Kenapa saya berani bilang? karena seperti saya baru-baru ini dengar "Panas Dalam" bernyanyi, katanya jangan takut sama presiden karena masa jabatannya cuma lima tahun. Lagipula kekuasaan terbesar di Indonesia kan (katanya) Rakyat dan takutlah pada Tuhan.

Saya mengagumi sosok Hitler karena ketika dia ingin menjadi Fuhrer alasan terbesarnya adalah ingin menjadikan Jerman lebih baik dan berulang dikatakan di bukunya kalau dia mencintai Jerman. Kalau ada yang mau bilang jangan percaya bukunya karena itu bentuk propaganda saya malah mau bilang bahwa propagandanya berhasil.

Saya memang masih muda, labil, lucu dan tidak mengerti apapun. Jauh jika dibandingkan mahasiswa lain yang bahasanya susah dimengerti atau pejabat yang jago bahasa Inggris dan bahasa lebih susah dimengerti. Tapi dari lubuk hati saya yang paling dalam saya masih mencintai Indonesia.

Kalau saya diizinkan jadi Presiden Indonesia bukan Presiden BEM kampus saya, saya dengan senang hati ingin melakukannya karena saya punya modal cinta Indonesia dan saya makhluk muda yang suka perubahan.

Maka, saran saya yang tidak mengerti tentang dunia politik. Jika ingin menjadi pemimpin cintailah dulu rakyatmu dan tempat tinggalmu, gunakanlah bahasa yang mudah agar semua lapisan masyarakat bisa mengerti apa yang ingin kamu sampaikan, lalu bacalah Mein Kampf dan ambil positifnya.

Terakhir, saya masih berharap kalau calon pemimpin Indonesia cinta tanah air maka saya akan bangun pagi dan ikut pemilu.

Jumat, 12 November 2010

Keluarga Batu

Aku adalah sebuah batu yang sudah berkelana jauh dari tempat asalku. Dulu aku besar, diangkat oleh beberapa pria kuat ke atas mobilnya. Masih bersama batu-batu yang lain, kami bergoyang dan bersenggolan di dalam mobil terbuka itu. Bahkan beberapa temanku ada yang keluar tanpa disengaja.

Tibalah aku di sebuah kota, di kota ini banyak batu. Ditambah lagi aku dan teman-temanku makin banyaklah batu di kota ini. Kami jadi tidak terlaluu diperdulikan. Pria-pria kuat itu hanya melempar kami ke lapangan tanah yang cukup luas. Lalu aku dihancurkan begitupun teman-temanku.

Aku dipisahkan lagi dari teman-teman yang lain. Kali ini seorang pria kuat sanggup mengangkatku sendiri. Aku di atas mobil lagi dan mobil berjalan lagi. Kali ini aku dijatuhkan di tanah lapang. Tepat dihadapanku ada pria tampan yang terus bejalan membawa gulungan kertas berwarna biru.

Aku didiamkan cukup lama sampai aku lagi-lagi dihancurkan menjadi lebih kecil. Pria yang tidak kuat pun bisa mengangkatku. Tapi pria ini kecil, ah bukan dia bukan pria. Dia hanya anak laki-laki.

Dia melemparkanku tinggi-tinggi hingga butuh waktu lama untuk menyentuk bumi lagi. Percayalah, ketika menyentuh bumi rasanya sakit dan aku menjadi keping yang sangat kecil. Anak itu lalu menendangku, terus dan terus. Hingga sampailah dia di di depan rumahnya. Aku teronggok di atas rumput tak berdaya.

Ternyata aku berada disana dalam waktu lama tapi aku tidak tahu itu berapa lama. Aku hanya merasa basah, kering, panas, dingin dan melayang. Hanya bergeser sedikit tapi tak jauh.

Anak yang membawaku sudah menjadi pria dewasa. Dan dia cukup tampan hanya saja yang kulihat wanitanya sering berganti, tapi kulihat dia bahagia maka tak apa.

Semakin sering terkena air, aku semakin kecil dan semakin rapuh. Penglihatanku juga sudah tidak bagus. Aku tidak lagi bisa melihat ekspresi manusia. Manusia yang sering kulihat tersenyum, menangis bahkan menangis sambil tersenyum. Aku tidak bisa melihat lagi.

Sebentar lagi aku akan menjadi debu dan tertiup angin. Tapi aku bahagia menjadi bagian dari manusia walau manusia tidak tahu aku tahu.

Rabu, 03 November 2010

Sebuah Pilihan yang Harus?

Saya sungguh masih muda. Umur saya masih diawali dengan angka dua dan diakhiri dengan angka tiga. Itu pertanda saya masih muda. saya masih ingin mengejar cita-cita, tujuan dan semua yang membuat makna dalam hidup saya. Saya merasa masih muda.

Tapi saya tinggal di kawasan tropis yang memiliki banyak penduduk ramah tamah yang sering terlalu peduli dengan hal-hal sekitar walaupun sepele dan bukan urusannya.

Saya seorang wanita. Sekali lagi. Saya seorang wanita dan seseorang pernah berkata kepada saya, hidup di negara ini dengan jenis kelamin wanita harus dua kali berkerja dengan lebih keras untuk dianggap sama dan saya bukan seorang feminis ataupun diskriminatif tapi sebagai wanita saya memang sering merasa diperlakukan dengan berbeda.

Contoh, saya tidak boleh pulang malam, saya tidak boleh merokok atau saya dianjurkan tidak berkata kasar. Wanita seumur saya juga sudah dianjurkan untuk menikah walaupun saya merasa masih muda tapi itu tidak untuk laki-laki. Laki-laki boleh menikah diumur berapapun tapi wanita yang menginjak angka tiga sudah bisa dibilang perawan tua walaupun banyak juga yang sudah tidak perawan.

Menurut banyak orang, menikah itu baik walaupun mereka sering bercerita tanpa alasan yang jelas. Menikah itu seperti sebuah keharusan yang memaksa karena membuat banyak orang yang merasa belum waktunya jadi harus menikah karena banyak orang peduli yang terus menasehati.

Menikah adalah pilihan setiap orang. Pilihan bebas yang tidak boleh dicampuri oleh orang lain. Hak asasi. Tapi tidak disini. Disini banyak orang dan banyak mulut dan banyak pikiran dan banyak orang pintar.

Sebuah pilihan harus dijalani oleh yang memilihnya jadi sebaiknya jangan dicampuri. Maka, bebaskanlah hak memilih orang lain karena sungguh memuakkan dipaksa melakukan yang tidak ingin atau memang sekedar belum waktunya. Biarlah berjalan sesuai dengan apa yang dipilih dan ingin dijalankan.

Wolfgang Amadeus Mozart

Dia mati.Mati tanpa ada yang tahu.

Mati karena harus mati.
Mati karena jiwanya sudah berpisah.
Mati ya sudah hanya mati.

Semua tahu dia akan jadi apa.
Semua mencela dan menghina.
Dan semua akhirnya memuji dan mengelu-elukan.
Tapi dia mati.

Dia sempurna.
Dia tak tahu apa yang harus dia ubah.
Dia hanya sempurna dipandangan matanya.
Sempurna sampai dia mati.

Semua tahu dia akan mati.
Mati karena iri dengki.
Atau mati karena harus.
Tidak, dia hanya mati.

Mati, karena dia ingin kesempurnaan.

Selasa, 02 November 2010

Sendiri yang (tidak) Sepi

Sepi itu sendiri.
Sendiri itu menang.
Menang itu sendiri.
Sendiri itu tidak sepi.

Sepi dan sendiri menghasilkan menang.
Kemenangan mutlak seorang yang merajai.
Merajai semua keadaan di dunia sendiri.

Raja selalu berkuasa kecuali ada penghianat.
Pengkhianat akan kalah.
Kalah karena raja benar.

Kebenaran mutlak seorang raja.
Adalah sebuah kemenangan absolut.

Minggu, 24 Oktober 2010

Pangeran Kodok dan Puteri Tidur

Siapapun!! Tolonglah aku!! Aku jatuh ke sebuah lubang!! Aku jatuh!! Tolong!!

Aku lelah berteriak. Aku lelah meminta tolong. Aku sudah lelah tapi sepertinya tidak ada satupun yang mendengarku. Bagaimana aku keluar dari lubang ini. Aku luka-luka. Sekujur tubuhku perih dan perutku sakit karena aku tidak makan dalam jangka waktu lama.

Aku tidak makan dan tidak minum tapi aku tidak tahu ini sudah berapa lama. Rasanya lama sekali disini. Kadang aku bisa melihat matahari kadang pula hanya gelap gulita di sekitarku.

Apa aku akan mati disini. Terkubur sendiri tanpa ada yang tahu. Atau akan ada pangeran yang melintas dan menolongku. Pangeran? Aku hidup di dunia macam apa menunggu pangeran melintas.

Sekarang aku hanya diam. Mencoba melihat disekitarku walau semua gelap. Mataku sudah mulai bisa melihat dalam gelap tapi aku tidak pernah mendengar suara apapun.

Sepertinya sudah malam, aku ingin menunggu pagi saja. Aku akan tidur.

Aku membuka kedua kelopak mataku karena ada sinar terang yang mengganggu. Tapi ini saat yang aku tunggu-tunggu, aku harus berjuang keluar dari lubang ini.

Aku bisa melihat akar-akar pohon. Oh, aku sadar kalau aku berada di hutan. Tapi aku tidak tahu mengapa aku berada disini. Mengapa sepi? Mengapa sendiri?

Tubuhku sudah sangat kotor dan bau. Aku harus keluar dan segera mandi. Tunggu. Sepertinya aku mendengar sesuatu. Suara itu. Suara derap kuda. Pangeran!! Pangeran akan datang menyelamatkanku.

Aku harus berteriak, berteriak sekecencang-kencangnya. Suara itu hilang. Suara itupun hilang. Aku memang harus berusaha sendiri. Aku akan merangkak sampai bertemu cahaya yang sangat terang.

Aku merangkak dan terus merangkak. Ternyata hanya beberapa langkah saja aku sudah bisa melihat cahaya itu, cahaya terang. Kenapa ada bayangan gelap? Oh, tidak! Aku masih terjebak.

Tak apa, aku akan berusaha lagi. Bayangan itu bersuara. Lembut dan menenangkan. Pangeran. Benarkah itu pangeran. Dia melemparkan sesuatu ke arahku. Tali. Sudah kuduga, pangeran akan menyelamatkanku.

Aku mengikat tali itu di pinggangku dan memegang dengan erat sambil berusaha naik. Pangeran terlihat bergerak meninggalkanku. Tapi aku terus naik. Naik dan keluarlah aku dari lubang laknat itu.

Pangeran. Pangeran adalah yang pertama kulihat. Berdiri di sebuah pohon yang terikat oleh tali. Ternyata pangeran tidak meninggalkan aku.

Aku ingin berlari memeluknya dan berterima kasih tapi aku terlalu lemah karena aku hanya jatuh dan semua gelap lagi.

Entah berapa lama pandanganku menjadi gelap tapi ketika aku membuka mata, aku bisa melihat ruangan yang sangat besar dan aku merasakan hangat di tangan kananku.

Pangeran. Membawaku ke istananya dan menjagaku sampai aku tersadar. Aku akan mengucapkan terima kasih. Aku akan mengucapkan terima kasih. Pangeran diam. Aku akan mengucapkan terima kasih.

Aku tidak mengeluarkan suara. Suaraku hilang. Pantas saja tidak ada yang mendengarku berteriak. Tapi kenapa pangeran bisa menolongku? Dimana suaraku?

Sepertinya aku menangis. Bahkan menangispun aku tidak bersuara. Pangeran mengusap air mataku dan sepertinya berkata tapi aku tidak bisa mendengar apa-apa.

Aku tidak bisa mendengar juga? Apa yang terjadi padaku? Kenapa semuanya hilang? Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih dan mendengar suara lembut dari pangeran.

Tak berapa lama, datanglah Raja dan permaisurinya. Raja yang tampan tak heran pangeran juga tampan. Raja berkata sesuatu tapi aku tidak bisa mendengar. Apa yang harus aku lakukan?

Pangeran tolonglah aku, aku adalah cinta sejatimu. Kita harus menikah dan kamu harus menciumku karena aku sepertinya terkena kutukan dari ibu tiriku yang jahat.

Paling tidak begitulah cerita yang sering aku baca. Pangeran tersenyum dan mengangguk. Dia sepertinya tahu apa yang kurasakan. Hilanglah penderitaanku dan aku akan bahagia selama-lamanya.

Setelah bisa berjalan. Aku langsung menuju kamar mandi yang besar dan luas. Aku membersihkan semua kotoran di tubuhku. Disana sudah disediakan gaun paling indah yang pernah kulihat.

Aku akan menikah. Aku akan menikah dengan pangeran. Pangeran, kaulah cinta sejatiku. Aku sudah siap dan pangeran menuntunku keluar dari kamar. Aku melewati lorong-lorong yang besar menuju ke halaman yang luas dan hijau.

Semua sudah menunggu dan bersorak-sorak. Aku berjalan perlahan dan memberikan senyum terbaikku. Aku sangat bahagia. Aku akan menikah dengan pangeran.

Aku sampai di altar. Bersandingan dengan pangeran. Disana sudah ada seorang pria tua yang siap menikahkan kami. Aku hanya tinggal menjawab bersedia.

Aku bersedia. Dan kami berciuman. Sesaat kemudian aku melihat pangeran berubah jadi kodok dan aku tidur.

Selasa, 05 Oktober 2010

Gadis Penjual Korek Api

Aku sedang berjalan, hanya lurus tapi ujungnya tak terlihat. Kakiku merasa melewati batu-batu dan sebelah kiri dan kanan aku bisa melihat rumput dan pohon tapi gelap. Kurasa ini malam hari.

Aku terus berjalan dan kulihat bayangan yang semakin jelas. Jelas. Jelas. Itu bukan bayangan tapi kurasa manusia. Laki-laki lebih tepatnya. Hanya hitam dan menggunakan topi koboy. Kamu tahu? Yang besar dan bulat seperti di film karena aku belum pernah melihat koboy secara langsung.

Silau. Ada lampu yang menyala, aku jadi bisa melihat sang koboy. Ya, dia sangat mirip dengan yang ada di film. Menggunakan kemeja kota-kotak merah dan coklat, celana jeans biru dan sepatu coklat. Dia sungguh mirip koboy.

Aku ingin menyapanya tapi..baiklah akan kulakukan ketika dekat. Oh oh tidak, apa yang dia lakukan? Apa maksudnya? Dia menari! Menari! Bahagia! Ada alunan musik tapi ini bukan musik Country yang biasa disukai koboy, ini semacam lagu anak-anak karena nadanya ceria.

Aku tersenyum dan menggoyang-goyangkan kepalaku. Wow. Setiap gerakan tubuhnya membuat dia berubah. Kalian pasti tak percaya.

Kepalanya bergoyang lalu rambutnya berubah menjadi keriting dan merah. Tangannya bergoyang lalu keluarlah sarung tangan putih. Kakinya bergoyang dan sepatunya pun berubah menjadi biru dan sangat besar, kurasa itu kebesaran untuknya. Seluruh badannya bergoyang maka berubahlah bajunya menjadi merah, biru, putih dengan totol-totol dan perutnya membuncit.

Itu badut. Ah lucunya. Badut itu menari tapi tidak, dia sedih. Dia menangis. Bedak di mukanya luntur dan membuat jalanan menjadi putih. Tapi alirannya hanya menuju ke arahku.

Dia melihatku dan marah. Semua, seluruh tubunya tiba-tiba menjadi merah. Dia sepertinya marah besar dan aku hanya menatapnya dan dia menatapku. Dia menjadi api. Darimana datangnya api itu? Aku harus menolongnya.

Ketika aku ingin melangkah, apinya padam dan dia memakai baju merah, celana merah, sepatu merah dan topi merah. Perutnya masih buncit, oh bukan hanya perutnya tapi dia memang gendut.

Kurasa itu Santa, tapi ini bukan hari Natal. Santa tidak boleh ada jika bukan hari Natal. Santa harus pergi. Pergi.

Jangan sedih Santa, Santa tidak boleh berada disini. Santa lalu tersenyum dan memberiku sebungkus hadiah dari kantongnya.

Wah. Besar. Terima kasih Santa. Oh tidak, Santa pasti marah. Aku bahkan belum mengucapkan terima kasih.

Aku pulang saja dan aku di rumah. Rumahku besar, tapi tidak juga. Hanya saja tepat buatku. Kalian ingin tahu rumahku? Akan aku jelaskan.

Tidak. Itu tidak penting. Aku hanya ingin membuka kado. Kado yang besar. Kado ini sebesar tas ransel. Bentuknya persegi panjang seperti bantal hanya saja ini berat. Iya, iya, baiklah akan kubuka.

Aku lepaskan pita berwarna kuning di atasnya, lalu aku sobek perlahan kertas hijaunya. Seperti yang kuduga, ini kotak berwarna cokelat. Aku buka ujungnya perlahan dan kulihat isinya. Gelap.

Kotak ini bergetar, kencang, oh tidak apa ini, apa yang terjadi. Kotak itu tiba-tiba saja terlempar dan keluarlah seekor kelinci putih. Kelinci putih dan besar. Matanya merah. Aku punya teman baru.

"Tok..Tok"

Sepertinya ada orang di pintu, sebentar tuan kelinci kita kedatangan tamu. Aku bergegas ke pintu yang besar. Kalian tahu, bahkan aku harus lompat untuk mencapai gagang pintu.

Ternyata di luar hujan dan kulihat kilatan-kilatan cahaya terang ketika aku membuka pintu. Oh, seorang laki-laki lagi. Dia menggunakan pakaian serba hitam dengan topi seperti koki tapi hitam dan dia sangat tinggi.

Pesulap. Aku melihat Pesulap. Kupersilahkan dia masuk. Bajunya tidak basah padahal hujan turun dengan lebatnya. Ah, memang pesulap sangat hebat. Sudah kubilangkan dia sangat tinggi. Kasian dia, harus menunduk di rumahku.

Lalu dia duduk dan kusajikan secangkir teh hangat. Kurasa aku tahu apa yang dia inginkan. Kelinci putih besar. Pesulap tidak mungkin bisa tanpa kelinci putih. Ya, memang itu miliknya. Akan kukembalikan teman baruku itu.

Entahlah, kulihat muka pesulap ini sangat jahat tapi kupikir dia baik karena selalu menghibur dengan kelinci putihnya. Aku selalu suka dengan sulap kelinci putih. Kelinci lucu yang keluar dari topi, sungguh mengagumkan.

Setelah berbincang, pesulap itu memberiku hadiah. Hari ini penuh hadiah. Kali ini hadiahnya kecil. Sepasang anting-anting berwarna biru. Cantik sekali. Dan kali ini Aku sempat mengucapkan terima kasih sebelum pesulap itu pergi.

Aku langsung menuju ke kaca besar yang berada di kamarku. Aku tidak sabar ingin memakai anting-anting ini. Ah, anting-anting ini sungguh berkilau. Indahnya.

Kamarku bergoyang, getaran kencang dan aku terombang ambing di dalam rumahku. Lalu tiba-tiba diluar berisik sekali. Aku berusaha keras untuk keluar, melihat apa yang sedang terjadi.

Susah payah aku membuka pintu besar itu dan tidak. Aku melihat langit. Sangat dekat. Awan-awan putih dengan langit birunya lalu halaman rumahku jadi indah dan banyak orang. Semua membawa balon warna-warni.

Aku tidak kenal mereka. Tapi mereka sepertinya senang sekali melihatku. Mereka bergembira, mereka gembira melihatku.

Tidak mungkin! Aku melihat peri. Kecil sekali di sekitar kepalaku. Peri-peri itu tersenyum. Peri itu mengedipkan matanya lalu yang lain memegang tanganku, menuntunku ke suatu tempat.

Wow. Aku tak sadar menggunakan gaun seindah ini. Aku rasa bahkan aku tak punya gaun ini dan rambutku tertata rapi. Ini indah sekali. Mereka menuntunku ke suatu tempat. Tiba-tiba dua peri menutup mataku. Dan aku berhenti.

Aku melepaskan ikatan dan hilang. Kemana semua? Kemana peri-peri cantik itu? Kemana orang-orang yang bergembira? Kemana balon warna-warni? Tidak. Tiba-tiba pipiku basah tidak hanya pipiku yang basah tapi semua basah. Aku mencoba memejamkan mataku. Diam dan berharap ketika aku membukanya semua baik-baik saja.

Dengan rasa takut aku membuka mataku. Aku sedang terbaring di pinggir jalan dengan baju compang-camping dan mukaku kotor. Aku lihat banyak yang berlalu lalang menggunakan payung karena sepertinya hujan.

Mereka melihatku, hanya melihatku dengan tatapan sedih. Aku juga melihatku, oh tidak aku melihatku. Aku tidak mungkin melihat diriku. Akhinya, Aku mendekati diriku yang sedang memeluk keranjang, aku ingin melihat isi keranjang itu dan ternyata aku adalah gadis penjual korek api.

.

Hanya saja saat ini aku tidak bisa melihat apa-apa, tidak kamu dan tidak juga aku. Kosong. Mungkin aku sedang berada di ruangan yang kosong. Gelap. Dan mungkin ruangan ini juga gelap. Sesak. Aku mungkin merasa sedikit sesak. Mungkin. Iya, mungkin karena aku sama sekali tidak yakin.

Aku tidak yakin sejak kapan aku berada di sini. Tempat ini sepertinya aku tahu tapi tidak tahu. Hanya saja akupun tidak merasa. Tidak merasa akan baik-baik saja ataupun tidak merasa akan semakin buruk.

Mungkin kamu bisa memberitahuku, tapi akupun tidak tahu siapa kamu. Apakah kamu ada? Apakah kamu bersamaku saat ini? Atau kamu siapa? Iya, kamu siapa? Sepertinya kamu ada atau tidak ada?

Oh tidak. Sedikitpun aku tidak merasa. Hanya aku berpikir tentang aku dan apa yang aku lakukan. Apa yang aku lakukan? Kamu tahu? Ah tentu saja kamu tidak tahu. Kamu tidak tahu siapa aku.

Atau kamu tahu siapa aku? Iya, kamu pasti tahu siapa aku? Beritahu aku! Cepat! Kamu mungkin tidak tahu. Atau temanmu tahu? Siapa temanmu? Aku? Atau siapa temanmu?

Aku rasa atau aku pikir, aku tak tahu dimana rasa. Yah, aku rasa aku tidak sendiri karena kalau aku pikir aku pasti sendiri. Jadi, aku sendiri atau tidak? Seseorang harus menjawabku.

Kamu! atau kamu! Ayolah, aku butuh jawaban dari siapapun tentang apapun yang kau tahu. Tidak? Kalian tidak mau menjawab? Baiklah. Pergi saja!

Apa? Kalian tidak mau pergi? Lalu...buat apa kalian disini? Kalian bahkan tidak membantuku. Pergilah!! Tidak? Baiklah aku akan membiarkan kalian disini tapi kalian tidak boleh berbicara apapun lagi padaku.

Aku akan berpikir, berpikir panjang dan jika ada suara aku akan membunuh salah satu diantara kalian. Ya, kalian boleh bersuara saat kuizinkan.







Baiklah, sekarang boleh. Aku pikir aku sedikit merasa kesepian disini tanpa suara kalian. Ah, tapi ini dimana? Dimana kalian? Kembalilah. Aku tidak akan membunuh, sungguh! Percayalah atau jangan? HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

Ya, kita ambil kesepakatan. Tunggu!! Aku melihat sesuatu. Entah apa, tidak kelihatan baik dan tidak kelihatan buruk. Jadi, kalian boleh ada bersamaku tanpa suara karena tanpa bicara aku tahu mau kalian tapi jangan baca pikiranku!

Aku tahu apa yang kalian inginkan makanya teruslah bersamaku, kalau tidak, ya, aku yakin kalian akan hilang atau mati satu persatu. Aku tidak menakuti tapi itu kenyataan.

Dengar! kita harus bekerja sama untuk keluar dari sini, aku pikir kita diasingkan tapi itu aku pikir. Ah tidak, aku hanya bercanda. Aku pikir kita semua tahu kenapa kita berada disini hanya saja kita tidak tahu bagaimana kita bisa berada disini.

Jumat, 17 September 2010

Hindarilah Gosip dan Mencampuri Urusan Orang Lain

Saya baru-baru ini menonton sebuah film yang bejudul 'Doubt'. Film ini dibintangi Meryl Streep, Philip Seymour Hoffman dan Amy Adams.

Ceritanya tentang sekolah Katolik Bronx di tahun 1964. Tentang kedekatan seorang Pendeta dengan salah satu siswa kulit hitam pertama yang ada disana. Kedekatan itu membuat curiga Kepala Sekolah sehingga melakukan segala cara untuk mengeluarkan Pendeta dari sekolah tersebut.

Kecurigaan yang ada merupakan sesuatu yang tidak berdasar karena merupakan kecurigaan pribadi dari salah seorang guru polos dan jujur. Pendeta tersebut akhirnya pindah karena keyakinan tak berdasar dari kepala sekolah bahwa Pendeta tersebut salah.

Saya belajar banyak dari film ini. Film yang ceritanya sungguh sederhana yang didalamnya banyak kejadian-kejadian serta percakapan yang dapat diambil pelajaran.

Pelajaran yang saya ambil terutama tentang gosip dan mencampuri urusan orang lain. HUH! ini memang mengesalkan tingkat tinggi karena tahu kan kalau banyak orang yang suka bergosip dan mau tahu urusan orang lain.

Sumpah ini mah ya, saya juga kadang-kadang suka gosip tapi masih dalam batas kewajaran (menurut saya) karena saya suka gosip cuma untuk senang-senang tidak untuk ikut campur urusan orang lain dan saya tidak menilai orang lain melalui gosip.

Nah! bagian paling mengesalkan dan kena di film ini bagian ikut campur urusan orang lain, tahu tidak? ada bagian dari seseorang yang tidak ingin diberi tahu ke orang lain dengan berbagai macam alasan jadi SUDAHLAH kalau orang itu memang tidak mau cerita dan itu juga bukan urusan lo!!

Ini dia kebencian pribadi kita terhadap orang lain membuat sesuatu hal apapun yang dia lakukan menjadi tidak baik. Jadi berhentilah menilai dari kebencian dan cobalah untuk objektif dengan apapun yang orang lakukan.

Pelajaran dari film ini yang paling saya suka adalah BERHENTI MENCAMPURI URUSAN ORANG LAIN DAN BERHENTILAH MENYEBAR GOSIP KARENA GOSIP SEPERTI BULU-BULU TERTIUP ANGIN YANG SUSAH DITANGKAP!!!!

Saya rekomendasikan tiap orang untuk nonton film ini terutama untuk orang-orang yang masih RASIS.

Selasa, 31 Agustus 2010

Aku tidak takut

Ketika masuk ke duniaku sendiri aku tidak takut lagi. Aku tidak takut salah, aku tidak takut liar, aku tidak takut sendiri dan aku tidak takut apapun.

Aku bebas, bebas bercerita tentang aku, kamu dan mereka. Tentang kamu yang berubah menjadi aku. Tentang aku yang hanya ada aku. Semuanya tentang manusia.

Aku menikmati dan jangan ganggu aku dengan semua kata-kata busukmu apalagi dengan semua kebohongan-kebohongan untuk kepentinganmu sendiri. Kamu pikir aku tidak tahu, aku juga egois maka aku tahu.

Aku tidak mau lagi bicara. Aku tidak mau lagi kamu berada di dekatku. Aku sungguh tidak percaya karena kamu menusukku dari belakang bukan dari depan yang membuatmu bukan hal penting yang harus aku pikirkan.

Kamu tidak ada, dia pun tidak ada dan semua tidak ada yang ada hanya aku. Aku, dia dan temannya. Aku hanya akan diam sampai tidak tahu lagi siapa yang akan mendengar jadi kumohon jangan ganggu aku.

Aku hanya akan menunggu satu, satu yang memang satu. Satu yang menyeimbangkanku dan satu yang membuatku sempurna. Maka selain itu pergilah kecuali kalian yang kuanggap teman. Tapi tenang aku akan terus membantu tanpa kalian tahu karena aku sesungguhnya tidak ada.

Sabtu, 28 Agustus 2010

Tentang Ke(tidak)mungkinan

Rasanya memang tak mungkin karena bukan dari satu kesatuan. Tidak mungkin bukan tidak percaya diri tapi yang belum terlaksanapun hanya bisa jadi rencana.
Rencana yang tidak akan terlaksana karena aku tahu alurnya. Alur yang tidak mungkin kamu masuki.

Kamu hanya menjadi disana. Disana tanpa aku tahu. Kamu tahu.
Kamu bermain-main tanpa aku. Aku tidak meninggalkan apa-apa. Hanya satu yang kamu tahu. Bahwa yang kukatakan jujur.

Ketakutan yang muncul padamu mungkin terlalu besar hingga kamu hanya diam dan berhenti.
Maka aku melakukan hal itu. Diam dan berhenti.
Sampai kita bertemu nanti atau tidak. Tapi kamu menyenangkan. Kamu yang aku bilang menyenangkan.

Selasa, 24 Agustus 2010

(Sedang) Butuh Waktu Sendiri

Saya sedang dalam masa peralihan lagi karena kemarin hidup dalam masa tidak santai. Sebenarnya tidak mau menyalahkan orang lain karena terlalu sering berbincang maka salahkan saya sendiri saja karena terlalu sering berbincang.

Saya lupa waktu-waktu sendiri saya yang menyenangkan. Waktu-waktu dimana saya bebas mengungkapkan pendapat saya tentang diri saya. Maka saya ingin kembali ke waktu itu.

Jadi, untuk yang ingin mengajak saya berbincang. Tolong. Jangan setiap hari karena saya sedang tidak ingin. Tapi saya butuh bertukar pikiran tapi jangan setiap hari karena setiap hari perubahan saya terlalu cepat.

Untuk "itu"

Tulisan ini sebenarnya saya dedikasikan untuk seseorang yang telah membuat saya senang selama beberapa hari.

Terima kasih. Saya baru merasakan lagi yang namanya sesuatu yang tulus tapi bukan dari teman atau keluarga dan ini rasanya menyenangkan.

Sesuatu yang memang sedang saya butuhkan. Yah. Entahlah. Beberapa hari yang lalu benar-benar menyenangkan untuk saya karena saya merasakan yang namanya perasaan.

Tulus. Yang namanya tulus ini yang membuat saya benar-benar senang walaupun akhirnya saya sadar kalau belum waktunya saya dan dia menjadi sebuah kesatuan. Tapi saya merasakan yang namanya saya merelakan hal itu.

Istilah yang saya buat sendiri adalah mencukupkan karena saya rasa memang sudah cukup. Cukup merasa senang dan sudah saatnya untuk menjauh dan sepertinya doa saya memang didengar.

Jadi, walaupun tidak bisa saya sampaikan secara langsung karena kamu belum cukup umur untuk menerima pernyataan realistis dari saya. Maka walaupun kemungkinan kecil kamu mebaca tulisan saya, saya mengucapkan terima kasih banyak.

Selasa, 17 Agustus 2010

Selamat Ulang Tahun, Indonesia

Saya jadi tergelitik ingin menulis tentang Indonesia yang sedang Ulang Tahun ini karena ditandai catatan teman saya yang bernama Gantino Pamungkas.

Saya mungkin termasuk nasionalis yang apatis juga, entahlah itu apa yang jelas saya cinta Indonesia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Optimisnya sih memang tidak ada yang sempurna.

Kalau ucapan ulang tahun kan isinya doa-doa, jadi saya mau berdoa untuk Indonesia.

Semoga Indonesia menjadi negara yang sehat secara lahir maupun batin, semoga manusia Indonesia mencintai Indonesia sepenuhnya sehingga tidak ada lagi yang mencari keuntungan pribadi dengan mengatasnamakan Indonesia, semoga budaya-budaya Indonesia tetap lestari, semoga adat-adat yang ada di Indonesia tidak dihalangi oleh Undang-Undang Pornografi, semoga Indonesia masih menjadi negara yang berdasarkan Pancasila karena agama yang diakui ada lima bukan cuma satu.

Semoga Indonesia memiliki pemimpin-pemimpin yang benar-benar cinta Indonesia dan ingin memajukan Indonesia, semoga Indonesia kembali lagi menjadi negara yang ramah, semoga hukum di Indonesia tidak bisa dibayar lagi, semoga masyarakat Indonesia benar-benar diberi kebebasan berbicara dan semoga saya bisa keliling Indonesia.

Semoga di Indonesia tercipta suasana aman, damai dan sejahtera serta perasaan saling menghormati dan saling menghargai seperti yang tertuang dalam Bhinneka Tunggal Ika yaitu "Berbeda-beda tetapi tetap satu".

Senin, 16 Agustus 2010

Menulis Untuk Sejarah Saya

Saya sedang tertawa sendiri melihat kelakuan saya sendiri. Heranlah saya melihat saya yang tidak bisa saya tebak ini. Jadilah saya harus pintar-pintar mengatur strategi untuk diri saya sendiri agar tujuan-tujuan saya tercapai.

Saya sadar diri ketika bercerita ke teman-teman terdekat tentang ini dan itu lalu dalam beberapa waktu lagi pikiran saya berganti. Bahkan hal yang saya sukai juga berganti tanpa saya sadari.

Untunglah untuk merekam jejak saya sendiri saya menulis catatan-catatan tentang hidup saya dan ketika membaca itu lagi (kadang-kadang) membuat tertawa sendiri. Jadilah saya pernah norak, pernah keren, pernah bodoh, pernah pintar, pernah mengesalkan dan hal-hal lain sepertinya saya sudah pernah.

Catatan ini pun saya tulis untuk merekam apa yang pernah saya pikirkan dan pernah saya tulis. Jadi akan sangat berguna buat saya bukan untuk anda yang membaca. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer :

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Yah, semoga tulisan-tulisan saya selama ini abadi dan tidak hilang dalam sejarah seperi sejarah negara saya.

Mumpung masih muda nih, coba-coba hal baru lagi ah. Biar nanti pas udah tua kalau ada yang bertanya saya bisa jawab "pernah".

Kamis, 12 Agustus 2010

Tidak bisa ditebak

Saya sedang flu dan ingin menulis. Sebenarnya kemarin banyak hal yang ingin saya tulis tapi saya bodoh sehingga tidak terekam dengan baik.

Maka saat ini saya menulis ketika semua masih jernih. Jernih karena semua masih terasa. Euforia dan kebalikannya. Sial. Namanya hidup harus bolak-balik dan karena sudah tahu resikonya jadi begitulah.

Lama-lama saya pikir saya bisa meramal. Haha. Dan entahlah saya ingin berhenti berpikir karena pikiran saya sedang saya mengganggu karena banyak jawaban yang membuat saya jadi terus berpikir.

Memang hanya orang bodoh yang bisa tahu dirinya sendiri. Saya bingung sama diri saya sendiri. Nanti saya pikir saya begini lalu tiba-tiba saya begitu. Dan saya pun tidak bisa ditebak oleh saya sendiri.

Jadilah saya pun tidak bisa mengontrol diri sendiri di saat kadang-kadang. HAH! Yang paling bisa saya lakukan adalah bilang tidak tidak terhadap apapun dan bilang iya terhadap apapun.

Yah. begitulah saya. Saya pun kadang tidak mengerti maunya saya, yang jelas saya mau yang tidak saya punya dan tidak mau yang saya punya. Menyebalkan karena bergelut dengan realita.

Jadi, selamatlah untuk saya yang saat ini belum bisa hidup tenang karena banyak maunya dan banyak tidak maunya.

Rabu, 21 Juli 2010

Saya Pelupa dan Bahagia

Saya sedang mengingat, sungguh-sungguh mengingat. Ini sungguhan.

Oh iya, kalau ada yang baca blog ini dan agak bingung kenapa ini blog kadang-kadang curhat, kadang-kadang sok puitis dan kadang-kadang sok politis. Memang saya belum iseng untuk mengatur-atur, jadi ya isinya tumpang tublek aja. Tapi semua hasil saya bengong.

Kalau yang ini mungkin tentang curhat. Jadi silakan dinikmati, kalau tidak ingin menikmati. Tolong, JANGAN.

Yap, jadi saya sedang mengingat sifat saya yang pelupa. Memang kalau orang bijak bilang walaupun jelek harus dilihat dari sisi positif dan negatif. Lagian kalau dilihat yang jelek-jeleknya terus makanya yang bagus jadi tidak kelihatan.

Maka, saya akan memanfaatkan (lagi) sifat saya yang pelupa itu. Saya akan menghindari yang tidak saya suka. Caranya mudah dan bahagia, cukup tidak dilihat dan lupa.

Makanya sekarang saya bahagia. Saya bahagia. Selalu mengingat saya bahagia maka saya akan bahagia selamanya seperti dongeng.

Jadi, kalau tulisan ini tidak bermanfaat bagi siapapun setidaknya bermaanfaat bagi saya untuk mengingat kalau saya pelupa dan saya bahagia.

Hidup selalu penuh pilihan dan kita selalu punya pilihan, kalau bisa memilih bahagia, kenapa tidak?

Senin, 19 Juli 2010

Jangan di Ganggu (dulu)

Saya bahagia dan mau tidur.

Antara Supir Angkot dan Supir Mobil Pribadi

Hari ini hari minggu dan berguna untuk ketemu orang, jadi saya tadi ketemu teman saya dan berbincang-bincang sampai sore. Lalu, pulanglah saya naik angkutan umum. Kebetulan saya bertemu macet khas sore hari dan kebetulan lagi angkot yang saya naikin itu pula bersentuhan dengan mobil pribadi di depannya.

Jujurnya saya enggak ngerasa apa-apa dan enggak denger apa-apa karena saya sedang asik mendengar lagu. Jadi saya duduk tepat dibelakang pak supir, eh tiba-tiba ada tangan masuk dari jendela. Ternyata itu adalah bapak-bapak yang mobilnya bersinggungan dengan angkot.

Jadi saya yang bengong, kaget ngeliat si bapak-bapak itu langsung hantam dan ibu-ibu yang di mobil marah-marah dan saya tidak melepas benda yang lagi menempel di telinga saya sampai sang supir angkot bilang dia lagi berhenti coba aja tanya penumpangnya.

Saya pikir ini gawat karena saya dijadikan saksi mata padahal saya enggak lihat dan denger apa-apa. Seperti yang saya duga karena saya peramal, tempat itu langsung ramai menggantikan keramaian pasar yang ada dekatnya. Banyak yang peduli dan ingin ikut mukul.

Tiba-tiba orang-orang yang merasa bernasib sama dengan sang supir ikut turun tangan mungkin lebih tepatnya turun bicara dulu, entah sang supir pribadi takut atau malas akhirnya dia kembali ke mobilnya.

Saya pikir bereslah, saya tidak perlu jadi saksi mata. Karena kalau dibawa ke kantor polisi saya akan tidak berguna. Ternyata si supir angkot masih marah, tapi yang aneh, yang lebih marah adalah supir angkot yang lain. Dia malah ngajak kejar itu mobil pribadi ke supir angkot yang saya naiki itu.

Waduh. Saya sudah pikir saya berakhir di kantor polisi, tapi lebih baik begitu sih daripada saya dipukul si supir karena enggak liat dan enggak denger.

Tadinya sih saya simpati saya supir angkota karena dia tiba-tiba kena bogem mentah dan enggak ngebales tapi ternyata pas ada temennya dia malah jadi berani dan dia jadi bilang mau diduitin aja. Haduh.

Akhirnya, mereka mepet-mepet itu mobil sampe berenti terus pas mau berurusan saya turun dan pindah ke mobil lain. Bukan maksud kabur, tapi kalo dipinggir jalan saya pikir cuma pukul-pukulan aja dan saya yang cuma saksi mata enggak mau kena pukul cuma gara-gara lagi denger musik, padahal kalo ke kantor polisi saya mau ikut deh.

Eh, ini yang paling aneh. Pas saya naik angkot yang setelahnya saya jadi bicara dalam hati "kenapa orang-orang ini tau kejadian aslinya, padahal saya yang di angkot itu?". Yah, mungkin mereka terlalu peduli. Pas semua orang di angkot lagi ngomongin kejadian itu, tiba-tiba ada bayi yang bersuara "da da da" atau apa ya karena enggak jelas. Dan semua diam.

Saya pikir bayi itu tau kali ya kalo orang-orang tua pada ngomongin orang lain. Dan bayinya lucu, jadi saya senyum-senyum liat bayi itu.

Minggu, 11 Juli 2010

Menjadi Diri Sendiri

"Be who you are and say what you feel, because those who mind don't matter, and those who matter don't mind."
-Dr. Seuss-

Saya hanya ingin menulis tanpa peduli ada yang baca atau tidak. Saya hanya ingin melakukan apa yang saya mau dan bilang apa yang saya rasakan tanpa peduli pikiran orang lain.

Saya tidak peduli jika banyak yang membenci apa yang saya lakukan karena saya yakin yang saya lakukan adalah untuk kebaikan saya maka saya pun tidak peduli apa yang orang lain lakukan karena saya juga yakin itu untuk kebaikan dia.

Saya yakin untuk menciptakan keselarasan hanya cukup menerima orang lain apa adanya. Setiap hubungan keluarga, pertemanan ataupun percintaan hanya butuh terima apa adanya maka selesailah masalah.

Jadi, saya akan menjadi egois karena bagaimanapun manusia egois. Saya akan menerima semua yang menerima saya apa adanya dan membiarkan semua yang membenci saya.

Silakan benci saya karena saya sungguh tidak peduli. Saya hanya ingin hidup dengan baik dan berbuah baik untuk orang lain.

Jadi, BERHENTILAH IKUT CAMPUR URUSAN ORANG LAIN JIKA TAK DIMINTA ITU SUNGGUH MENGESALKAN!!!

"It is better to be hated for what you are than loved for what you are not." -André Gide-

Sabtu, 10 Juli 2010

Berkah dari si Banyak Omong (buat saya)

Hari ini saya bertemu dengan banyak orang tapi ada dua orang yang berkesan di hari ini. Nah, dua-dunya itu bertolak belakang sekali. Orang pertama banyak mikir dan banyak omong lalu yang satu lagi (katanya) enggak banyak mikir tapi banyak omong.

Saya jadi tergelitik untuk mencuri dengar si orang yang banyak omong. Wow! Pemikirannya itu loh jauuuuuh banget, dari tentang pendidikan sampai percintaan. Hebat sekali dia! Lalu saya jadi mikir gara-gara orang ini bilang "lo harus ubah dulu persepsi lo".

Wow lagi! ini orang hebat banget mau mengubah persepsi orang lain, pasti dia semacam Romi Rafael yang bisa hipnotis. Nah, abis itu saya jadi inget dosen saya pernah bilang tentang selera. Selera, persepsi dan sudut pandang saya pikir tak jauh berbeda. Maka ini ada hubungannya. Dosen saya bilang, "sejak jaman dahulu kala kalau ingin mempermasalahkan selera tiap orang tidak akan ada habisnya", maksud mempermasalahkan disini saya anggap ingin dijadikan sama dan untuk yang lain silakan persepsi sendiri ya. Makanya hebat karena dia mau ubah persepsi temennya.

Nah, ada lagi yang wow dari orang itu. Menurut saya dia berbicara dengan sangat baik tapi tidak mendengar dengan baik, karena setiap temennya bilang sesuatu dia akan menanggapi dengan hal lain yang dia pikirkan. Jadi saya lagi-lagi ingat tentang kekuatan mendengar dari bagian komunikasi. Mendengar itu 80% dari komunikasi loh jadi dalam komunikasi bukan bicara yang penting tapi mendengar, maka akhirnya Gorgeous George juga bilang "You never really learn much from hearing yourself talk."

Dan janganlah mendengar atau melihat sesuatu dengan terpotong karena menurut bapak Putu Wijaya sangat berbahaya. Seperti ini nih yang saya tulis, saya kan mencuri dengar makanya saya nangkep bagian yang menarik dan kebetulan tidak bagus. Walaupun saya tahu maksudnya dia bagus, supaya keliatan keren.

Bukan, ini catatan bukan untuk mencela itu orang. Karena saya justru berterima kasih karena ada hikmahnya saya ngeliat dia itu karena jadi belajar untuk enggak jadi kaya gitu dan saya berdoa untuk kebaikan dia karena udah bawa kebaikan untuk saya. Amin.

Oh iya, buat yang (katanya) enggak banyak mikir tapi banyak omong, maaf ya saya jadiin pembukaan tapi enggak diceritain. Semoga dapet berkah juga.

Rabu, 07 Juli 2010

Manusia = Manusia

Manusia makhluk ciptaan Tuhan. Semua sama dihadapan Tuhan. Kenapa justru sesama manusia yang mempermasalahkan perbedaan?
Mendahului takdirkah? Atau ingin melebihi kekuasaan Tuhan?

Saya pikir semua diciptakan berbeda agar berada di tempatnya masing-masing.

Selasa, 29 Juni 2010

Hentikan Kekerasan

Sudah dua hari ini saya lihat di televisi berita tentang Organisasi Massa yang sedang ramai itu. Lalu saya menjadi kesal karena lihat percakapan perwakilan dari tiap kepentingan. Saya kesal karena pembicaraannya berputar-putar tapi pintar. Pembicaraan itu biarlah jadi masukan saya tanpa akan saya bahas detil disini.

Saya memang suka kekerasan di film-film fiksi tapi saya tidak suka kekerasan yang berdasarkan agama. Saya kira Indonesia ini negara hukum dan berdasarkan Pancasila maka jika ada sesuatu yang dianggap salah oleh sebagian masyarakat maka yang berhak untuk membubarkan atau mengaturnya adalah aparat hukum.

Saya tidak bermaksud menyalahkan sama sekali, karena seperti salah seorang bapak yang mukanya teduh bilang tujuan dari organisasi masyarakat itu baik untuk membasmi kemaksiatan tapi mungkin caranya salah karena tidak seharusnya menggunakan kekerasan.

Saya kira masalah agama itu adalah masalah manusia dengan Tuhan masing-masing bukan masalah manusia dengan manusia lain yang terlihat mengerti sekali tentang hal itu, mungkin tidak etis dengan bilang dosa atau apapun seperti yang dibilang juga ke kejadian yang mirip artis itu karena dosa tak terlihat dan hanya Tuhan yang tahu.

Memang ini saya buat berdasarkan rentetan kejadian yang saya lihat dan dengar maka hasilnya adalah kebebasan berbicara saya yang pastinya ada di Undang-Undang Dasar Pasal 28 F.

Jadi, kesimpulan saya hentikanlah kekerasan yang berdasarkan apapun apalagi jika didasarkan agama. Tuhan tentu tidak mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan lagipula setiap manusia berhak melakukan apapun untuk hidupnya ketika salah tentu resiko siap menanti.

Saya kira Indonesia adalah negara yang santun dan terkenal dengan ramah tamah maka jika banyak kekerasan di Indonesia siapa lagi yang akan percaya kalau negara ini aman.

Saya kira saya masih mencintai Indonesia dengan segala keunikan dan perbedaan yang ada, karena perbedaan itu indah, terimalah.

Saya kira kalau nonton dialog di televisi itu akan tertular dan terus bilang saya kira, mungkin karena kalimat yang dikeluarkan direkam media dan kurang yakin maka biar aman keluarkanlah kata "saya kira.."

Senin, 21 Juni 2010

Aku Punya Sepatu dan Sepatu Baru

Aku punya sepatu. Bagus. Aku suka dan semua orang bilang suka.
Aku punya sepatu baru. Bagus. Aku suka dan tak ada yang pernah melihat.
Aku punya sepatu. Sobek disana-sini. Akan kubuang.
Aku punya sepatu baru. Bagus. Aku suka dan kuberikan kepada orang lain.

Aku punya sepatu. Sobeknya sudah kutambal. Tak jadi kubuang.
Aku punya sepatu baru. Bagus. Aku suka dan kuperlihatkan ke temanku.
Aku punya sepatu. Aku pakai dan sobek. Nanti kubuang.
Aku punya sepatu baru. Bagus. Aku suka dan diambil orang.

Aku punya sepatu. Lubangnya kujahit. Kusimpan kembali.
Aku punya sepatu baru. Bagus. Aku suka dan Aku tak suka.
Aku punya sepatu. Aku berjalan dan sobek. Akan kuberikan kepada orang lain.
Aku punya sepatu baru. Bagus. Aku suka dan kakiku sakit.

Aku punya sepatu. Sobek dan digunakan orang lain. Akan kuberikan.
Aku punya sepatu baru. Bagus. Aku suka dan hilang tanpa ku tahu.
Aku punya sepatu. Sobek lalu kutambal. Akan kusimpan.
Aku punya sepatu baru. Bagus. Aku suka dan aku berhenti.

Aku punya sepatu. Akan kubuang tapi kusimpan.

Minggu, 20 Juni 2010

Saling Menghormati, Saling Menghargai dan Saling Mengasihi

Pagi ini saya beli koran di depan rumah, lalu saya baca di salon. Ini adalah bagian pembuka paling penting. Koran yang saya baca adalah "Kompas". Saya tertarik membaca di bagian Tren yang tentang konsultasi psikologi, disana ada tulisan dengan judul "Sok Paling Kuasa Vs Realitas" yang ditulis oleh seorang Psikolog bernama Sawitri Supardi Sadarjoen. Saya pikir ini mulanya tentang politik ketika saya baca ternyata bukan dan ini saya ambil beberapa bagian dan mohon ijin kepada penulis ketika membaca tulisan ini.

"Dari bukti tatanan budaya manusia pada umumnya pun, posisi suami diletakkan lebih tinggi dari perempuan. Ungkapan lelaki pencari nafkah, pengayom keluarga, lelaki harus diladeni, lelaki penentu keputusan dalam keluarga, lelaki "seolah" mendapat pembenaran budaya untuk bersikap dominan dalam keluarga. Lelaki harus dihargai dan dibenarkan dengan cara apa pun untuk mempertahan tingginya harga dirinya dalam keluarga; lelaki selingkuh bahkan poligami tanpa seizin istri seyogianya dimaafkan; perempuan selingkuh harus diceraikan dan sebagainya."

"Ekses lanjut dari posisi tersebut, lelaki-suami sulit sekali meminta maaf bila bersalah, mau menang sendiri dan berbuat semena-mena, tanpa mempertimbangkan perasaan istri."

Yah, entahlah saya sedikit kesal membacanya atau kesal. Karena saya sering melihat yang seperti itu bahkan tidak sedikit orangtua yang bilang ke saya seperti itu. "Kamu harus nurut suami", "Suami harus diladenin", dan banyaklah. Saya pikir bukankah jika menikah maka sudah seharusnya saling menghargai dan saling menghormati bukan siapa harus nurut kepada siapa, perempuan juga berhak memilih bukan?

Nah, ini waktu itu saya lihat sepintas film televisi yang bejudul "Wagina Bicara" yang ditayangkan di SCTV. Disana ada kalimat yang saya tidak ingat persisnya tapi intinya ketika laki-laki selingkuh harus dimaafkan tapi kalau wanita maka akan dipersalahkan. Maaf kalau saya salah mengutip tapi yang saya tangkap begitu.

Ketika ada suami selingkuh akan ada banyak pihak yang bilang pasti istrinya enggak bener atau itu pasti dia digoda sama perempuan lain dan perempuan enggak bener juga, yang saya heran kenapa enggak laki-lakinya juga yang disalahin. Enggak semua seperti itu sih, tapi banyak yang saya lihat dan saya dengar juga.

"Saat ini kebanyakan perempuan berkeluarga, berkarya dan sekaligus berkarier, yang membuka peluang bagi perempuan untuk memperoleh penghasilan lebih tinggi, karya yang lebih berkualitas, dan karier yang lebih tinggi.

Sementara itu, justru dengan kondisi sosial-ekonomi yang dilanda krisis belakangan ini lelaki banyak terkena PHK, atau memang dasarnya malas berusaha dan menikmati hidup sebagai penganggur dan membiarkan perempuan-istri jungkir balik memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Ironisnya ungkapan-ungkapan keperkasaan tersebut tetap dipertahankan dan berlanjut dicari pembenarannya, lelaki-suami ingin diladeni lahir-batin, ingin diistimewakan, ingin di nomorsatukan dalam kehidupan berkeluarga".


Saya baca bagian ini sungguh kesal dan memang sangat ironis. Semoga tidak semua laki-laki seperti itu. Dan ini adalah penutup dari tulisan ini yang saya sangat suka.

"Jadi, masih bijakkah sikap kita terhadap masalah "sense of mastery" dalam era masa kini untuk tetap dibenarkan? Mengapa tidak mulai menempatkan posisi suami-istri sebagai mitra sejajar yang saling menghormati dan menghargai serta saling mengasihi tanpa pretensi apa pun, satu sama lain?"

Wow. saya benar-benar suka kalimat-kalimat terakhir. Saya sama sekali tidak bermaksud menyudutkan kaum lelaki atau mengangkat kaum perempuan karena saya yakin tidak semua seperti ini. Laki-laki dan perempuan itu masih makhluk ciptaan Tuhan dan sama-sama manusia, lebih indah kan jika tidak ada dominasi karena saling menghormati, saling menghargai dan saling mengasihi tentu lebih bahagia. Tuhan mengajarkan kita untuk melakukan itu bukan?

Kamis, 17 Juni 2010

Tentang Kejadian yang Mirip Artis

Beberapa hari ini terjadi kehebohan di dunia maya dan disamberlah juga dunia nyata. Tadinya saya tak terlalu peduli karena ya urusan orang lain itu tapi lama-lama saya pikir itu menyangkut kemanusiaan juga loh.

Jadi sebelumnya yang ramai diperbincangkan itu kan tentang tragedi kemanusiaan tentang penyerangan kapal relawan di Israel lalu muncul juga tentang dana aspirasi 15 miliar dan dua berita itu hampir tertutup dengan berita tentang video yang mirip artis.

Nah, yang bikin saya akhirnya menulis catatan ini adalah karena akhirnya saya tergugah. Saya membayangkan kalau saya jadi artis yang mirip di video pasti saya sedang dalam keadaan depresi.

Saya bingung sih sebenernya, saya bilang pengetahuan tentang agama saya minim tapi saya ingat pernah dikasih tahu kalau tidak boleh menyebar aib orang lain. Imbalannya sih kalau tidak disebar nanti aib kita ditutup juga tapi ini diumbar parah, dimulai dengan ada yang menyebar dan dilebih-lebihkan oleh berita di televisi yang bukan cuma di berita gosipnya selebriti yang bukan artis.

Lalu mempergunjingkannya orang lain juga tidak boleh kan, tapi ini hampir semua membicarakan termasuk saya ini menulis ini. Maksud saya disini bukan mempergunjingkan sih hanya mengungkapkan isi hati.

Saya yakin semua orang pasti punya masalah, ketika masalah kita enggak ada yang tahu aja sudah bikin hati enggak enak. Nah ini sebenarnya masih belum jelas karena "mirip" tapi semua orang sudah membicarakan bahkan menjatuhkan. Saya sih membayangkan kalau jadi artis yang mirip itu pasti perasaannya sangat enggak enak. Semoga mereka diberikan kesabaran yang sangat tinggi karena saya simpati.

Kalau dibuka mata lebar-lebar hal seperti ini bukankah sudah menjadi rahasia umum. Rahasia banyak yang tahu tapi banyak yang memilih untuk diam. Jujur saja ya, banyak kan yang hamil di luar nikah bukan menyalahkan mereka juga toh mereka juga menerima resiko masing-masing tapi ini menurut saya sudah terlalu luas dan berlebihan.

Kenapa saya bilang berlebihan, karena ada pihak yang mau memboikot dengan alasan cacat moral atau apapunlah kata-kata yang tidak seharusnya di televisi ataupun di obrolan sehari-hari.

Misalnya itu video beneran saya ya, saya udah merasa bersalah dan berdosa ditambah kata-kata jahat dari orang lain lama-lama mungkin saya bisa depresi tingkat tinggi.

Maka, jika ini sudah masuk ke proses hukum. Sudahlah, biar hukum yang menjalankan jangan ditambah dari hal-hal lain yang semakin memberatkan mereka. Saya yakin mereka hidupnya sudah berat sekali padahal baru mirip loh.

Dan jika ada yang mau bicara tentang dosa, maka biarlah itu menjadi hubungan antara mereka dengan Tuhannya yang sesuai dengan agama mereka masing-masing. Lagi-lagi saya bilang agama saya minim tapi masalah dosa itu hubungan manusia dengan Tuhan.

Jadi, biarlah. Bayangkan perasaan mereka yang mirip di video, saya membayangkan dan fiuh! Berat!

Entahlah, saya simpati dengan mereka. Serius. Karena saya pikir ucapan itu kadang sangat jahat. Karena tanpa sadar itu adalah penindasan atau bahasa kerennya pembunuhan karakter dan tanpa sadar juga orang-orang yang ingin tahu lalu membicarakan mereka dengan negatif sudah melakukan hal yang sangat jahat.

Yah, ini memang asli yang saya pikirkan saja. Kalau ada pihak yang tersinggung saya minta maaf.

Selasa, 15 Juni 2010

Laki-laki Luka

TEK!

Mataku terbuka. Dan aku lihat sesosok laki-laki jelek dengan banyak borok di sekujur tubuhnya. Jelek sekali. Aku ingin mendekatinya tapi bau badannya membuatku ingin muntah.

Luka besar yang ada di perutnya itu mengeluarkan lendir dan lendir itu yang mengeluarkan bau teramat parah. Bau busuk! Aku jijik melihat laki-laki itu.

Aku hanya berdiri di dekat laki-laki itu, hanya beberapa langkah saja aku bisa mendekati dan membantunya. Tapi itu tidak kulakukan karena aku tidak tahan bau. Maka kuperhatikan saja dia.

Banyak orang-orang lewat dan sebagian membantu menutupi lukanya. Tak jarang juga ada yang hanya melihat sambil menutup lubang penciumannya. Bahkan ada yang memberikan tatapan hina.

Mungkin aku akan membantunya. Mungkin. Ah! Kenapa aku berpikir seperti itu. Dia bau busuk bahkan melebihi bau kotoran.

Setiap hari aku berada disana tanpa melakukan apa-apa. Setiap hari dia semakin bau dan boroknya sudah menyebar hampir menutupi tubuhnya. Aku tidak dapat mengingat.

Aku tertidur. Aku bermimpi. Racun. Banyak. Besar. Tumpah. Teriak. Sampah. Gelap.

Aku kesal. Aku tidak dapat mengingat apa-apa. Aku akan menolongnya. Nanti. Ketika kudengar suara keluar melewati kedua bibirnya.

Selasa, 08 Juni 2010

Diam

Senin, 07 Juni 2010

Sore ini aku melihat gadis kecil

Seorang gadis kecil sedang bermain di halaman rumahnya, manis sekali dengan mengenakan baju terusan berwarna biru muda sewarna dengan langit kala itu. Rambutnya sebahu dengan acak-acakan alamiah menambah manis senyumnya.

Dia membawa tiga batang daun muda bukan bunga, bibirnya melebar ketika orang yang ditunggu datang. Manis sekali. Semakin orang itu mendekat senyumnya semakin manis. Mungkin orang istimewa.

Dekat. Dikecupnya kening gadis itu dan gadis itu tertawa lebar seraya memberikan daunnya muda tiga batang itu. Gadis itu lalu menggenggam tangan pria itu menariknya dengan keras agar mengikutinya.

Mereka duduk di taman dekat sana. Gadis itu tak henti berbicara, dari raut wajahnya kulihat dia sangat bergembira dan pria itu hanya tersenyum mendengar ocehan sang gadis.

Sore semakin gelap, lambat laun terdengar suara Ibu gadis itu memanggil untuk menyuruhnya makan. Lalu keluarlah wanita mungil itu dari kamarnya.

Minggu, 06 Juni 2010

Apakah batu bahagia?

Aku melihat batu. Batu yang sangat besar di tepi sungai itu. Di kelilingi dengan batu kecil di sekitarnya. Apa yang dirasakan batu?

Apakah dia bahagia terus dialiri arus air yang tenang pada musim kemarau atau dia lebih senang pada arus deras pada musim hujan? Apa dia merasa bahagia?

Apakah dia merasa bahagia saat banyak ikan melewatinya denga berbagai warna atau dia bahagia saat tidak ada ikan karena manusia sudah mengambilnya? Apa dia merasa bahagia?

Apakah dia bahagia melihat banyak manusia mendirikan kemah di sekitar sungai yang mengalirinya atau saat tak ada seorangpun manusia disana? Apa dia merasa bahagia?

Apakah dia bahagia dialiri oleh sampah-sampah sisa manusia yang bermalam atau dia bahagia ketika air sangat jenih sehingga semua bisa melihatnya? Apa dia merasa bahagia?

Apa dia merasa bahagia? Dia hanya sebongkah batu besar yang kulihat. Apa ketika aku kembali aku akan melihat batu yang sama atau batu lain yang sama besarnya?

Aku hanya ingin bertanya "Apakah batu bahagia?"

Sampai Jumpa!!

Hari ini aku bertemu banyak orang di sepanjang perjalananku.

Dini adalah orang pertama yang kutemui. Seorang yang sangat baik dan tolol. Memang aku pikir begitu, dia pun tak tahu kalau aku membicarakannya maka kubilang dia tolol. Kupikir dia sekitar 30 tahun, dengan kulit hitam manis dan senyumnya yang manis, dia sangat santun tapi dia tolol karena tidak pernah marah sekalipun orang bersikap keterlaluan padanya. Mungkin dia akan bahagia suatu saat nanti, tapi hanya mungkin atau dia bahagia dengan ketololannya.

Aku menyudahi perbincangan dengan Dini yang semakin membuatku kesal. Aku meninggalkannya dengan pikiran masih tolol itu. Aku hanya berjalan dan berjalan entah langkahku ini akan menuju kemana, lalu kulihat banyak pohon rindang di ujung jalan. Langkahku semakin cepat hatiku ingin tahu apa dibalik daun-daun yang lebat. Disana kulihat ada dua bocah sedang bermain aku duduk di dekat mereka.

Tio, bocah ini sekitar tujuh tahun dengan gigi hitam dan bolong dimana-mana. Karena kesukaanya memang makan yang manis-manis. Tio sangat gemar mengganggu adiknya Cilla, yang sangat lugu dan penurut. Tio sering sekali membuat Cilla menangis, tapi Cilla pun tak pernah marah dia hanya menangis.

Tak jauh dari bocah-bocah ini aku melihat ada sepasang manusia duduk di dekat kolam. Ah! Bahagia sekali kupikir di usia yang tidak bisa dibilang muda tapi mereka masih berdua. Maka kudekati dan berusaha mencari obrolan dengan mereka.

Jadilah brolan sore hari yang sedih dengan seorang perempuan berusia senja yang menikmati kesedihannya. Dia pikir kesedihan itu tidak dapat ditolak maka dinikmati sampai nanti dia menemukan kebahagiaanya yang dikatakannya pun mungkin.

Lalu, beranjak pulang di malam hari ditutup dengan obrolan panjang dan menarik dengan suami perempuan tadi. Bapak ini pengalamannya banyak, banyak pula yang diceritakan. Dia sudah sangat kuat dan tegar dan ada lagi sorot kesedihan di matanya walau aku mendengar pengalaman yang sangat menyayat jika aku mengalaminya. Dia suadah mati. Dia hanya sudah tahu apa yang harus dia lakukan dan dia melakukan dengan sangat baik dan sabar.

Hari ini sungguh melelahkan. Tapi aku senang dengan obrolan dengan mereka yang membuatku merasa bermakna dengan adanya mereka. Sampai jumpa lagi.

Gelap

Kedua kelopak mataku saling menjauh dan aku bisa melihat sekitarnya yang awalnya buram. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi. Aku hanya diam. Hal yang pertama kali kusadari adalah aku tidak tahu berada dimana.

Aku mencoba duduk dengan menggunakan dorongan keras dari kedua tanganku karena kepalaku berat sekali. Entah apa yang terjadi. Sepertinya aku berada di hutan dengan cahaya yang menyilaukan, mungkin ini masih pagi.

Aku berdiri. Kusandarkan tubuhku ke pohon di sebelah kiriku. Di depan ada jalan lurus yang sangat terang. Jantungku berdegup. Tiba-tiba langkahku ringan ke arah cahaya itu.

Aku melangkah, semakin cepat tak ada ujung pikirku dan ujungnya semakin gelap. Gelap. Aku tak dapat melihat apapun disana. Aku kembali terdiam dan berpikir apa yang terjadi padaku sehingga aku berada disini.

Oh. Sial. Aku bahkan tak ingat siapa aku dan aku tak mengerti apa yang kupikirkan. Dan semua gelap, tak ada hutan tak ada cahaya. Semua hanya gelap. Hanya ada aku yang akupun tidak dapat melihat. Aku rasa aku masih ada.

Rabu, 02 Juni 2010

Ina, Pergi dan Melewatiku

Ina sedang termenung sendiri di bawah tangga. Entah apa yang dia pikirkan, hanya dia yang tahu. Aku tertarik melihat tingkah lakunya yang selalu berganti selang beberapa menit.

Alisnya di kerutkan pandangan matanya kosong dengan bibir merapat. Dua menit kemudian matanya berkaca-kaca dengan tangan berada di dahinya. Setelah kulihat lagi dia menitikkan beberapa tetes air yang langsung diseka oleh tangan kanannya. Lalu pandangannya lurus ke depan dan dia tersenyum.

Sungguh perilaku yang aneh. Terakhir dia menghela napas panjang dan menoleh ke arahku, rupanya dia sadar. Tapi dia tiidak berbicara apa-apa akupun tidak.

Aku tidak dapat mengira-ngira apa yang akan dia lakukan nanti. Sudah, kudiamkan saja dia tapi dia malah mendekat ke arahku yang hanya bungkam. Aku takut. Dia pasti marah, walau aku tak tahu apa salahku.

Apa aku salah memperhatikan dia, sepertinya tidak. Dia semakin mendekat dan tubuhku menjadi gemetar. Aduh, aku harus bilang apa kalau ditanya. Lalu dia berhenti sejenak, melihat lagi ke arahku. Tenang rasanya.

Matanya dipicingkan dan iya mengatur letak kacamatanya. Lalu dia mempercepat langkahnya dan melewatiku. Aku tidak mengerti.

Senin, 31 Mei 2010

Maaf, Buku Anda Saya Baca

Saya hanya bisa terdiam dan terpaku melihat isi buku yang saya temukan dijalan. Buku milik orang lain yang seharusnya tidak saya buka. Isinya tentang kepedihan yang sangat dalam. Saya menjadi sedih. Sedih yang sangat dalam.

Banyak hal yang hanya bisa ditulis sendiri. Sendiri tanpa boleh orang lain tahu. Tapi saya tahu karena kelancangan saya membacanya. Saya merasa bersalah. Tidak. Tidak boleh ada yang tahu lagi.

Saya seharusnya segera menutup buku itu dan mencari pemiliknya tapi apa daya, saya hanya terus membaca. Membaca yang seharusnya tidak saya baca. Saya akan meminta maaf ketika saya menemukan pemiliknya.

Maaf saya lancang, maaf saya penasaran, maaf saya ingin tahu dan maaf karena akhirnya saya membuka buku Anda.

Saya sedih dan menghela nafas panjang.

Senin, 17 Mei 2010

Saya sedang belajar

Saya baru saja kembali di hidup lama yang baru. Bertemu lagi dengan orang-orang lama yang dulu.
Banyak yang masih dengan pekerjaan lamanya dan ada juga yang sudah naik jabatan. Saya senang.

Bertemu dengan Bapak tukang becak yang dulu waktu SD selalu mengantar ke sekolah, atau para tukang becak yang mangkal di ujung gang, mas-mas penjaga fotocopy di depan komplek, tukang nasi goreng yang sering lewat depan rumah dan tukang bakso langganan waktu SMA.

Semuanya masih sama, masih mengingat saya dan sayapun mengingat mereka. Bahkan ada yang ingat kalau saya kuliah di Bandung bukan Jatinangor. Senang sehari-hari bisa bertemu lagi dengan orang-orang itu dan bertegur sapa.

Saya ingat sejak saya punya ingatan mereka bekerja disana dan sampai sekarang masih disana. Mungkin mereka mencintai pekerjaan mereka atau memang tidak mau atau tidak bisa mengganti pekerjaan lain.

Entahlah. Tiba-tiba saya termotivasi untuk maju. Saya mencintai diri saya. Sangat. Saya ingin menjadi orang yang terus berkembang. Saya ingin mencintai semua yang sudah saya miliki dan akan terus mengejar yang belum saya miliki. Saya hanya yakin akan tercapai seperti sama bertemu Float.

Saya juga kurang mengerti tentang apa hubungan orang-orang lama dengan motivasi untuk maju. Saya hanya ingin tidak selalu berada di tempat yang sama dalam waktu lama. Tapi saya sangat menghormati dan menghargai mereka.

Saya hanya ingin maju dan berkembang karena saya sendiri bukan disebabkan oleh orang lain nanti hasilnya ingin berguna untuk orang banyak (kalau saya lagi baik.

*untuk diintip ketika saya dimasa depan

Adik Saya yang Hebat

Saya sudah lama kagum terhadap adik saya yang bungsu.

Adik bungsu saya sejak lahir tuna rungu. Lahir dengan kondisi fisik yang menarik diberkahi dengan kulit putih, hidung mancung dan tampan.

Beranjak di usia yang seharusnya sudah mulai mengenal kata ternyata dia belum. Saya kesal ketika orang bilang dia tidak bisa bicara dia hanya belum bisa bicara. Semakin besar saya semakin mengetahui sifat-sifatnya. Yang dahulu ketika saya kecil saya benci karena sangat egois, selalu marah dan tidak mau kalah.


Saya mulai sadar dan memahaminya ketika saya mulai berandai-andai menjadi dia. Saya merasa yang paling dekat dengan dia karena saya dulu sebelum saya kuliah di luar kota saya sering berbincang dengan dia. Saya sampai memahami dan menciptakan bahasa kami. Ya, kadang hanya kami yang mengerti.


Saya pernah mengalami masalah dan entah mengapa dia tahu. Tanpa bicara karena dia memang belum bisa bicara, dia hanya duduk dan saya memeluknya. Sudah lama sekali.

Ketika saya tidak ingin bercakap-cakap dengan siapapun maka saya hanya akan mengajak dia nonton di bioskop, saya suka karena dia tidak akan bertanya apa-apa.

Kadang saya membayangkan jika menjadi dia, apa rasanya tidak bisa mengeluarkan apa yang ingin disampaikan dengan baik. Hanya kepada orang-orang tertentu dan tentu tidak penuh dipahami. Sedangkan manusia makhluk sosial yang masih butuh orang lain.

Sejak kecil dia sangat suka bermain game sampai sekarang dia sangat mahir di beberapa permainan. Dia bahkan lebih jago di dunia maya dibanding adik saya yang satu lagi. Dia pengingat yang sangat baik.

Dia juga sangat perfeksionis, yang selalu mengunci rumah, mematikan televisi sebelum tidur dan bertanya siapa yang pulang paling akhir dan jam berapa. Saya pernah kena semprot suatu waktu karena pulang melebihi dari jam yang saya janjikan. Dia marah melalui surat, yang isinya hanya angka dicoret, nama saya dan tulisan salah. Tapi saya sangat malu membacanya.

Ya. Saya sangat terinspirasi oleh adik saya. Saya ingin menjadi teman bercengkramanya seperti yang dulu. Saya berharap dia menjadi orang yang sukses dan saya ingin berada dibelakang, disamping dan didepannya sepanjang waktu sampai dia bisa hidup dengan dirinya sendiri.

Saya dan Adik saya yan hebat

Sabtu, 15 Mei 2010

Cerita Saya Ketemu Float

Saya yakin ini adalah cerita yang ditunggu-tunggu oleh semua pihak pecinta saya dan Float.
Amin.

Cerita dimulai semenjak saya batal ikut seminar dan memutuskan untuk pulang lebih awal dan kelaperan. Jadi, saya kelaperan ini berkat saudara Archie yang hendak menahan saya di Jatinangor. Saya kabur seketika ketika Archie terlelap.

Pulanglah saya naik Primajasa dan membeli makanan yang dijual oleh abang-abang, harganya murah hanya dua ribu rupiah. Makanlah saya, sempat sih merasa itu rasanya agak gimana tapi apa daya saya lapar. Habislah itu makanan.

Sesampainya di rumah saya makan lagi dan langsung tidur.

Tak dinyana sehari sesudahnya saya sakit perut akut di ulu hati, ya entah sakit perut atau sakit ulu hati yang jelas sakit.

Hari berganti menjadi hari Jumat dan ternyata sakit perut saya tak kunjung sembuh, padahal hari itu adalah hari yang saya nanti. Dengan tekad bulat dan kuat saya kabur dari rumah ketika ayah tidur dan ibu belum pulang. Sebenernya enggak guna juga kabur karena pulangnya enggak ditanyain juga.

Saya menunggu teman saya di Dunkin' Donuts Pondok Gede atau bahasa gaulnya Dado. Tepat waktu jam tujuh dia tiba dan berangkatlah kami. Tiba di Brewwww kemang pukul setengah sembilan. Dengan percaya diri saya masuk dan langsung bertanya ke mas-mas ganteng yang ada di Bar. Pokonya intinya saya tanya tentang Float dan dengan baiknya dia bilang "udah reserved tempat?".

Sial. Enggak ada tulisannya di webnya kudu mesen tempat. Dan mas-mas ganteng yang ternyata PR bilang tempatnya udah penuh. Eh, dia malah ngasih tau Float nanti bakal duduk dimana sebelum main. Oke dan minta tolonglah sama si mas PR untuk bilangin kalo Float udah dateng saya mau foto.

Naiklah saya karena tempatnya berlantai dua. Katanya Mas PR ganteng tunggu aja di Bar atas. Eh, saya langsung disambut sama The Trees and The Wild yang enggak nyangka kalau mereka ada juga.

Tiba-tiba temen saya bilang "ndi, setengah 10 nih pasti Floatnya udah dateng". Dengan penuh percaya diri saya turun menuju ke tempat duduk yang dikasih tau Mas PR lucu. Ada sosok pria berbaju kuning lagi ngobrol sama orang. Lah, saya tangannya langsung dingin. Lalu ada sedikit percakapan.

Baju Kuning : "Eh, awas itu ada yang mau lewat."
Orang lain : "oh"
Saya : (nyengir) "Bang Meng kan?"
Baju Kuning : "oh iya"
Saya : (nyengir) "saya Cindy"
Bang Meng : "oh, Cindy yang di fesbuk ya?"
Cindy : (deg-degan) "wah ko inget?"
Orang lain : "oh, Meng orangnya emang baik selalu inget temen"
Bang Meng : "dari jam berapa Cin?'
Cindy : (nyengir dan terkesima) "jam stengah 9 Bang, takut rame dan ternyata iya. haha"
Cindy (lagi) : "boleh foto bareng?"
Bang Meng : "boleh!! Bontel, Raymond ini ada yang mau foto nih. Yuk!"

Yah masih panjang sih tapi ini baru percakapan pertama saya.

Lalu saya naik lagi menunggu Float main. Pas Float nya lagi cek sound, Bang Mengnya berdiri aja di pinggir-pinggir terus dengan niat tulus saya berdiri deket-deket sana berencana paling depanlah. Lalu tiba-tiba sudah ada disebelah Bang Meng aja. Dia bertanya :

Bang Meng : "kesini sama siapa Cin?"
asli ini mah saya seneng banget nama saya diingat sama idola saya.
Cindy : "sama temen Bang, oh iya saya udah denger lagu yang Ke Sana loh."
Bang Meng : "wah, gimana?
Cindy : "oke banget Bang, nuansa jadul-jadul gitu"
Bang Meng : " haha. iya emang begitu"
Cindy : "asik banget tuh"

Nah pembicaraan saya potong lagi karena agak panjang, saya sempet nanya tentang lagu yang Perlahan dan tentang Float mau bawa berapa lagu. Wah, seneng banget deh!

Lalu, ketika Floatnya dimulai. Saya tak banyak cing-cong langsung duduk paling depan tanpa alas. Tapi saya paling depan banget, sumpah ini bener-bener depan.

Ada enam lagu yang dibawakan No Dream Land, Stupido Ritmo, Surrender, Sementara, 3 Hari Untuk Selamanya dan Pulang. Jadi, tadinya mereka cuma nyanyi sampe 3 Hari Untuk Selamanya katanya udah eh, penonton bilang "Pulang, Pulang, Pulang". Ambigu. Bang Meng bilang "sayang panggungnya kecil, kalo gede kita ngumpet dulu dibelakang sampe dipanggil. haha. basi banget ya".

Akhirnya bernyanyilah lagu pulang dan selesai beneran. Ah! Selesai itu saya minta foto lagi khusus berdua Bang Meng. Mereka dilanjut dengan ngobrol-ngobrol dan lain-lainlah. Sampai akhirnya mereka turun yang saya pikir mereka pulang, mau nyamperin tapi lagi makan. Yaudahlah.

Nah, akhirnya saya mau pulang karena perut saya begitu lagunya abis tak lagi berkompromi dan terus bergejolak. Pas turun. LOH! Masih ada di bawah. Saya dari jauh udah nyengir-nyengir kuda aja semua personilnya. Dan ini yang paling tak terduga di akhir dia bilang " Eh, Cin. bla-bla-bla" saking grogi saya ga inget dia ngomong apa. entah makasih atau oke gitulah. Jadilah saya menuju ke kursi mereka dan bilang temen saya mau foto lalu ditutup dengan bilang "tadi oke banget, kalo mau ada lagi kabar-kabarin ya?" dan dia bilang "sip-sip, dikabarin.

Sudah, malam itu saya super bahagia sampe detik ini juga pas keingetan seneng banget. Sumpah ini mah mimpi jadi kenyataan. Dengan pelajaran yang sangat berharga "semudah ituloh bikin orang lain seneng, hanya cukup mengingat namanya apalagi kalau udah dianggep idola itu jadinya sangat berkesan".

Nah, ini bukti nyata

Jumat, 14 Mei 2010

Seimbang

Saya sedang kembali ke masa lalu untuk melihat baiknya saya.
Ini boleh karena untuk belajar.
Saya hanya akan mengambil di bagian baiknya saja.

Saya belajar.
Saya hanya boleh mengetahui apa yang boleh saya ketahui.
Maka, yang belum saatnya.
Biar waktu yang membuka.

Saya belajar.
Semua harus seimbang.
Saya punya sisi jahat dan baik, dan akan saya biarkan.

Saya belajar.
Saya peduli dan tidak peduli.
Saya peduli pada orang yang membutuhkan saya.
Saya tidak peduli pada orang yang mengacuhkan saya.

Jadi, saya ternyata mempunyai dua sisi.
Yang akan saya biarkan menjadi seimbang.
Karena semua hal yang berlebihan akan menjadi tidak baik.
Saya biarkan sesuai dengan porsinya.
Saya biarkan sesuai dengan bagiannya.

Saya hanya tahu saya penipu

Kamu tahu saya tahu.
Saya tahu.

Saya hanya tahu apa yang sedang terjadi.
Saya melampaui takdir.
Dan saya benci.

Saya hanya tidak ingin merasakan yang saya sudah tahu.
Karena akibatnya akan sama.
Saya sudah belajar.
Saya memang ingin belajar lagi.
Tapi bukan pelajaran yang ini.

Saya memang pemilih.
Saya hanya ingin tanpa rasa yang membuat saya bahagia.
Jadi pergilah saat ini, saya tidak butuh.

Saya hanya ingin sendiri.
Yang saya tahu semua orang adalah penipu.

Jadi jangan percaya atas semua yang sudah saya lakukan.
Dan jangan percaya atas semua yang sudah saya tulis.

Kamis, 29 April 2010

Masa Lalu Untuk diintip

Saya mengintip masa lalu untuk maju. Tapi sepertinya kemarin terlalu banyak.

Saya baru sadar atau teringat, apa sajalah yang penting itu maksudnya. Kalau masa lalu ya sudah berlalu apapun yang dilakukan hanya menjadi masa lalu. Makanya itu hanya buat belajar dan jangan dijadikan patokan hidup.

Kata-kata yang sudah diucapkan di masa lalu, yasudah. Nanti kalau ada yang nanya "waktu itu kamu bilang ini, kenapa sekarang begitu?". Sang egois bisa menjawab dengan pasti "itu kan dulu!". Jahat memang, tapi apa mau dikata ya memang sudah berlalu.

Masa lalu bukan untuk menyesal tapi untuk belajar kalau memang salah ya jangan diulang lagi. Jadi, jangan terlalu melihat masa lalu bisa bahaya.

Masa lalu juga bukan untuk diulang walaupun sangat menyenangkan, misalnya kata-kata yang berkesan atau masa-masa indah bersama teman atau pacar gitu yah. Karena itu dulu, bisa saja sekarang sudah jauh atau semakin dekat tapi jangan berharap itu terulang. Ingatlah sifat manusia.

Saya baru baca komik, komik itu banyak pelajarannya buat saya. Disana dibahas manusia yang hidup di masa lalu hanya akan menyimpan dendam jika sedih dan kebodohan jika senang, saya sebut bodoh karena kebanyakan sudah puas dengan senangnya dan tidak mau maju.

Saya hidup di masa sekarang dan menuju masa depan, maka masa lalu saya anggap penting untuk mengingatkan. Jadi, hanya boleh diintip saja jangan dilihat terlalu lama.

*seger juga abis nulis ini

Saya yang sabar dan sombong

Tetap ingin dan berusaha terus untuk menjadi diri sendiri.

Walaupun sombong dan menyakiti orang lain.
Tapi untuk kebaikan yang disakiti.
Walaupun jujur dan menyakiti orang lain.
Tapi untuk kebaikan yang disakiti.
Walaupun bohong dan menyakiti diri sendiri.
Saya masih bisa menyembuhkannya sendiri.

Saya hanya ingin menerima semua orang apa adanya.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Karena yang bertanggung jawab atas kebahagiaan kita hanyalah diri sendiri.
Jangan pernah menyalahkan orang lain.
Banggalah dengan sudah diputuskan walaupun kadang menyakitkan.
Terimalah.

Saat ini saya masih sabar dan terus sombong.
Karena menurut saya ini yang paling bisa diandalkan.
Resiko.

Entah, Saya percaya ketika waktunya tepat semua akan terlihat.
Saya yakin akan ada waktunya kita bertemu.

Saya hanya bisa apa adanya dan menerima semua orang dengan apa adanya.

Minggu, 11 April 2010

Darah dan Kesepian

Aku kembali. Aku kembali dari tidur panjang yang melelahkan. Tidak dapat kulihat lagi senyum diwajahku, semua semu. Aku kesepian. Aku benci keramaian yang sepi. Aku seperti akan mati. Mati dan tak berdaya melawan semua.

Masih kuingat darah waktu itu, darah orang-orang yang kubunuh. Bukan salah mereka tapi salahku. AKu tidak menerima mereka tapi mereka tidak kutinggalkan malah kubunuh. Kubunuh dengan keji.

Aku benci dengan orang-orang yang berseliweran, aku benci orang-orang yang datang dan pergi, aku benci semua yang memanfaatkanku. Dan semua sudah kubunuh dihari itu.

Hari ini aku sudah keluar dari tempat laknat itu dan aku tidak bisa melihat diriku tersenyum.

Minggu, 07 Maret 2010

Ketakutan karena tidak mungkin

Terbangun di pagi buta dengan cahaya matahari yang memancar. Cahayanya menyilaukan mata karena ini memang pagi buta menurut saya.

Saya bangun dengan tenang, tapi ada sesuatu disana. Ada yang saya rasakan dan saya tahu tapi tidak akan saya ungkap. Karena ini hanya untuk memuaskan batin saya yang ingin menulis.

Hal ini terus muncul dengan ketakutan.
Ketakutan saya menghadapinya.
Entah, kali ini saya merasa tidak mungkin.
Walaupun motivator atau orang-orang sekitar saya akan bilang kalau ini mungkin.
Saya tetap merasa tidak mungkin.

Hah. Entah saya harus berbuat apa.
Saya hanya menjadi diri saya sendiri.
Yang menurut saya lebih banyak menyebalkan.

Yasudahlah.

Senin, 01 Maret 2010

Bebaskanlah!

Saya baru saja membaca sebuah polling tentang wanita merokok mempersulit jodohnya sendiri?
Saya takjub melihat isi polling yang isinya lebih banyak yang setuju.

Alasan yang ada adalah kebanyakan tentang laki-laki ingin memiliki wanita yang berkepribadian menarik dan bla-bla-bla.

Heran saya bacanya, kenapa di Indonesia ini kebanyakan orang selalu menilai negatif dengan wanita yang merokok. Apa salahnya? Apakah dengan merokok dapat mengubah sifat menjadi nakal. Sangat disayangkan dengan banyak orang berpikiran dangkal itu.

Semua orang pasti ingin memiliki pasangan yang baik tapi menurut saya merokok hanya sebuah kebiasaan yang tidak mengubah sifat.

Mengapa banyak orang begitu melihat wanita merokok dengan pandangan negatif? Mereka sama saja dengan laki-laki yang merokok. Apa bedanya dan apa salahnya?

Bah. Bebaskanlah mereka menurut yang mereka mau jangan menilai negatif hanya dengan penampilan.

Saya pikir tidak semua orang menilai seperti itu sih dan saya salut dengan laki-laki yang bisa menerima wanita apa adanya. Kalian hebat!

Jumat, 26 Februari 2010

Menunggu Dunia Berputar

Pilihan itu muncul seraya dengan pikiran yang muncul.
Pilihan untuk sendiri dan bebas atau bersama dan terhalang.
Pilihan yang tepat untuk sementara ini adalah sendiri dan bebas.
Karena monster sedang muncul, dia tidak peduli orang lain.

Monster ini hanya menyukai kejujuran dan kemenangan.
Jujur mengungkapkan apa yang dia rasakan dan merasakan kemenangan atas perkataannya.
Menunjukkan rasa bersalah yang tidak dia rasa atau menunjukkan rasa sedih yang dia karang.
Dia hanya memantaskan dirinya untuk diri sendiri, sementara ini.

Dia sombong, iya.
Dia menyebalkan, iya.
Dia sadar, iya.
Tapi dia tidak mau peduli.

Dia hanya yakin akan ada seseorang yang hebat yang sanggup menanganinnya.
Tidak akan sekarang, semua masih jauh.
Dia sangat sadar tak akan ada yang bisa menerima dia yang sangat bebas.
Tapi dia yakin, seorang akan muncul.
Tulus. Lalu, dunia akan berputar lagi.

Jumat, 19 Februari 2010

Larangan yang ada-ada saja

Sebenarnya lagi ada dua hal yang membuat saya geram karena menonton televisi di hari ini, si sinetron Indonesia dan yang diharam-haramin sama orang-orang. Nah, tentang sinetron itu nanti lagi aja ah soalnya saya pikir sinetron masih lama dengan kualitas yang menurut saya tidak bagus jadi masih ada waktu untuk ngebahas itu nanti.

Begini ceritanya, saya tadi pagi heran liat berita di tv tentang banyak sesuatu yang dibikin haram sama orang. Rambutlah, fotolah, apalah. Apa ya? yang saya inget sih itu, tapi kayanya masih banyak lagi. Jadi, saya pikir apa orang lain berhak untuk melarang seseorang untuk memilih ya?

Setau saya ya, setiap orang itu punya pikiran sendiri-sendiri dan punya pilihan sendiri-sendiri. Kadang saya suka sebel kalo ada orang yang ngelarang atau ngatur saya, tapi ya saya dengerin aja dan ga saya jalanin karena saya pikir ya itu hidup saya.

Nah ada yang menurut saya agak keterlaluan, ngelarang orang melakukan sesuatu. Kalo katanya mah haram, saya, yang saya akuin masalah agama saya biasa aja tapi setau saya tiap agama itu ada bukan untuk nyusahin umatnya. Intinya kan beriman, menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Lalu, masalah agama itu kan hubungan manusia dengan Tuhannya bukan manusia disuruh manusia lain untuk mengikuti aturan yang katanya itu adalah aturan dari Tuhan.

Lagi-lagi menurut saya, ya mbok ga usah gitu ya ngurusin urusan orang lain. Biarkanlah mereka milih sendiri, toh kalo nanti salah mereka jadi belajar sendiri.

Ini tulisan kebebasan saya aja nih, kalo ada yang suka makasih dan kalo ada yang mau protes monggo dipersilahkan. Siapa tau saya ada salahnya, saya kan masih manusia juga.

Rabu, 17 Februari 2010

Biarlah yang beda tetap beda

Akhirnya tiba juga waktunya untuk mengeluarkan isi kepala saya tentang ini. Hal ini sudah lama saya pikirkan, benar loh tapi belum sampai puncaknya. Hari ini sampai juga.

Ini semua tentang manusia terutama di bagian sifatnya. Sifat manusia yang pasti berbeda-beda. Saya senang menyebutnya dengan rasis dan arogansi kelompok, yang saya pikir ada hubungannya.


Manusia itu diciptakan sendiri dan mati sendiri. Saya rasa gunanya kelompok itu untuk menjaga eksistensi dirinya. Bahasa saya gaya juga. Jadi sebenanya si kelompok itu ada untuk memperkuat individu itu sendiri, maksudnya ketika di dalam kelompok dia kuat dan ketika di luar kelompok dia bisa menjadi dirinya sendiri.

Sayangnya, yang saya lihat tidak semua begitu. Banyak orang yang merasa kuat ketika di dalam kelompoknya tapi ketika dia sendiri hilang juga nyalinya.Tidak percaya? cobalah mulai perhatikan. Menurut saya, ketika orang itu di dalam kelompok dia menjadi sama dengan yang lain dan tidak berani mengungkap perbedaan, kenapa? karena perbedaan menurutnya akan menimbulkan masalah. Yah, intinya ikut-ikutan. Contoh mudahnya dari kelompok kecil, hanya untuk memutuskan makan dimana itu bisa jadi panjang dan membuat lapar karena harus menyamakan tempat dan muncul saling ga enak. Karena si kelompok biasanya bikin orang-orang jadi sama.

Biasanya kelompok itu juga punya teman yang itu-itu saja karena merasa itu keharusan. Saya pernah mempunyai pengalaman kurang baik tentang kelompok. Kelompok yang berkuasa yang hanya main dengan kelompoknya dan ketika mereka sendiri mereka akan memanfaatkan orang yang mereka kenal lalu ketika kelompoknya datang, wusss..hilang!

Rasis. Rasis disini bukan tentang Nazi-Yahudi atau tentang kulit hitam ata kulit putih. Tapi hal yang yang sederhana yaitu tampilan fisik dan otak. Fisik yang paling terlihat. Sadar atau tidak sadar banyak orang yang rasis yang hanya mau bermain dengan yang bisa dibilang "mirip" dengan dia, misalnya yang tampilan fisik menarik atau baju bermerek dan sebagainyalah.

Biasanya mereka malu dengan orang yang kondisi fisik berbeda, misalnya gayanya aneh atau secara fisik biasa saja. Kenapa? menurut yang saya lihat itu malu. Kenapa harus malu ya? silakan tanya sendiri, tapi kebanyakan dari mereka tidak mengakui, menyangkal atau tidak sadar kalau mereka rasis.

Kebanyakan orang-orang yang arogan di kelompoknya atau yang rasis ini memanfaatkan orang lain yang ada di sekitarnya, yah kalau ada perlu sajalah. Sayangnya kebanyakan dari mereka kurang pintar untuk bermain disana dan terlihat. Pintar-pintarlah sedikit dan sadarlah kalau setiap orang diciptakan dengan keunikan masing-masing maka terima saja atau jangan tunjukkan perbedaan.

Saya membuat tulisan ini tanpa bermaksud menyinggung individu atau kelompok. Semoga sama-sama intropeksi diri. Saya juga terus belajar menghargai orang lain.

Hidup perbedaan! dan seperti kata teman saya, yang beda itu jangan dipaksa untuk jadi sama.

Minggu, 14 Februari 2010

Saya yang suka bohong dan suka jujur

Entah apa yang ada dalam pikiran saya saat ini, tapi bisa dipastikan banyak karena saya sangat ingin menulis. Sangat ingin menulis.

Sudah berjam-jam pikiran saya diliputi dengan berbagai macam pikiran, hubungan yang satu dengan yang lain dan tentang semua orang yang ada di sekitar saya, banyak yang berkaitan memang tapi inti dari semua nya adalah satu kata BOHONG.

Bohong. Setelah diulang-ulang kata itu menjadi aneh. Satu kata ini maknanya banyak sekali. Saya pernah membaca sebuah quote yang isinya adalah tidak ada kebohongan yang ada hanya menutupi kebenaran.
Jadi yang intinya si bohong itu cuma nunda kebenaran aja.

Dulu, saya sangat sangat kesal sama orang yang bohong. Sangat itu saya tulis dua kali karena ya memang itulah kenyataannya. Tapi sekarang, entah kenapa saya jadi menganggap bohong adalah hal biasa. Kenapa? karena semua orang selalu ingin terlihat baik dan menang. Bohong kalau ada yang bilang tidak.

Bohong itu selalu muncul dengan berbagai macam alasan, karena itulah saya jadi mempelajari teknik-teknik bohong. Sebenarnya tidak ada teknik pasti, tapi banyak kesamaan yang muncul saat dia bohong.
Jadi, saya mau sombong (kalau mau sombong terus bilang itu diperbolehkan) saya suka bohong dan saya suka jujur. Supaya orang-orang ga tau kalau saya bohong.

Ya, setiap orang memang bebas memilih jalannya masing-masing. Intinya kalau bohong jangan ketahuan, kalau ketahuan akibatnya fatal. Serius loh ini. Untuk orang-orang yang pernah berbohong sama saya dan merasa tidak ketahuan, saya tahu tapi tidak mau bilang karena walaupun saya suka bohong saya juga suka jujur.


saya yang suka bohong dan suka jujur.

Jumat, 12 Februari 2010

Hilang

Tidak merasa apa-apa.

Kamis, 11 Februari 2010

Saya dan mereka egois

Hari ini saya marah. Saya kesal. Saya muak. Muak dengan orang-orang yang terus berbicara disekitar saya.

Mereka egois dan saya juga. Mereka terus berbicara menurut mereka tanpa ingin mereka tahu apa sebenarnya yang paling baik. Mereka menyebalkan. Banyak dari mereka menyebalkan.

Mereka pikir mereka siapa? mereka pikir saya budak? BUKAN.

Memang mereka manusia murni yang selalu suka berbicara seakan mereka benar dan ketika mereka salah mereka akan mencaari alasan hingga mereka benar. Ya. Hanya dimata mereka. Mereka tidak menang murni. Menyedihkan.

Selasa, 09 Februari 2010

Permen Warna-Warni

Aku tersentak bangun di pagi ini, karena teringat janji penting. Hari ini aku janji dengan diriku sendiri, janji yang bisa saja kubatalkan tapi tidak. Aku bergegas, karena melihat matahari mulai bergerak menuju ke bentuk sempurnanya.

Aku membuka jendela, dan menghirup udara luar yang masih terasa sangat segar. Sudah cukup. Aku memilih pakaian terbaik, karena hari itu aku ingin melihat isi kota.

Aku membuka pintu dengan senyuman yang paling sempurna. Orang pertama yang kutemui adalah pengantar koran dengan seragam berwarna kuningnya. Kusapa dia dan dia memberikan senyum seraya memberikan korannya kepadaku. Berita utama hari itu adalah tentang hari ulang tahun kota ini, semua menyambut gembira.

Lalu, aku terus berjalan sambil bersenandung. Hari ini tepat untuk berjalan-jalan, karena cuaca sangat bersahabat. Aku melihat sebuah keranjang di tepi jalan, kuhampiri dan kulihat isinya. PERMEN. Dengan berbagai macam warna.

Aku ambil yang merah muda, jarang ada permen dengan warna ini. Langsung kumakan dan rasanya manis sekali, tapi saat itu aku suka. Setelah lama kurasa, kepalaku sakit maka kubuang sajalah.

Aku melihat warna-warna yang lain. Waw. Abu-abu? Rasanya aneh dan tidak dapat kujelaskan. Rasanya timbul dan tenggelam, tergantung berada di lidah yang mana. Sudah cukup, aku buang juga.

Setelah warna abu-abu, warna yang menarik perhatianku adalah merah. Warna merah yang ini rasanya berbeda dari merah yang lain. Bagus sekali. Ini paling menarik, segera kumakan. Hmm..ternyata permen ini tidak manis. Tapi aku suka sekali. Rasanya tepat di lidah dan tidak akan kubuang.

Aneh sekali, aku belum pernah lihat permen berwarna hitam. Aku perhatikan baik-baik, bungkusnya juga aneh sekali. Tapi akhirnya kumakan juga. Ini rasanya enak sekali. Pas sekali, tidak terlalu manis dan tidak juga pahit. Rasa yang hanya bisa kunikmati sendiri. Sendiri.

Setelah itu, aku hanya ingin kembali ke rumah dan menikmati dua rasa yang terakhir.