Kamis, 17 Juni 2010

Tentang Kejadian yang Mirip Artis

Beberapa hari ini terjadi kehebohan di dunia maya dan disamberlah juga dunia nyata. Tadinya saya tak terlalu peduli karena ya urusan orang lain itu tapi lama-lama saya pikir itu menyangkut kemanusiaan juga loh.

Jadi sebelumnya yang ramai diperbincangkan itu kan tentang tragedi kemanusiaan tentang penyerangan kapal relawan di Israel lalu muncul juga tentang dana aspirasi 15 miliar dan dua berita itu hampir tertutup dengan berita tentang video yang mirip artis.

Nah, yang bikin saya akhirnya menulis catatan ini adalah karena akhirnya saya tergugah. Saya membayangkan kalau saya jadi artis yang mirip di video pasti saya sedang dalam keadaan depresi.

Saya bingung sih sebenernya, saya bilang pengetahuan tentang agama saya minim tapi saya ingat pernah dikasih tahu kalau tidak boleh menyebar aib orang lain. Imbalannya sih kalau tidak disebar nanti aib kita ditutup juga tapi ini diumbar parah, dimulai dengan ada yang menyebar dan dilebih-lebihkan oleh berita di televisi yang bukan cuma di berita gosipnya selebriti yang bukan artis.

Lalu mempergunjingkannya orang lain juga tidak boleh kan, tapi ini hampir semua membicarakan termasuk saya ini menulis ini. Maksud saya disini bukan mempergunjingkan sih hanya mengungkapkan isi hati.

Saya yakin semua orang pasti punya masalah, ketika masalah kita enggak ada yang tahu aja sudah bikin hati enggak enak. Nah ini sebenarnya masih belum jelas karena "mirip" tapi semua orang sudah membicarakan bahkan menjatuhkan. Saya sih membayangkan kalau jadi artis yang mirip itu pasti perasaannya sangat enggak enak. Semoga mereka diberikan kesabaran yang sangat tinggi karena saya simpati.

Kalau dibuka mata lebar-lebar hal seperti ini bukankah sudah menjadi rahasia umum. Rahasia banyak yang tahu tapi banyak yang memilih untuk diam. Jujur saja ya, banyak kan yang hamil di luar nikah bukan menyalahkan mereka juga toh mereka juga menerima resiko masing-masing tapi ini menurut saya sudah terlalu luas dan berlebihan.

Kenapa saya bilang berlebihan, karena ada pihak yang mau memboikot dengan alasan cacat moral atau apapunlah kata-kata yang tidak seharusnya di televisi ataupun di obrolan sehari-hari.

Misalnya itu video beneran saya ya, saya udah merasa bersalah dan berdosa ditambah kata-kata jahat dari orang lain lama-lama mungkin saya bisa depresi tingkat tinggi.

Maka, jika ini sudah masuk ke proses hukum. Sudahlah, biar hukum yang menjalankan jangan ditambah dari hal-hal lain yang semakin memberatkan mereka. Saya yakin mereka hidupnya sudah berat sekali padahal baru mirip loh.

Dan jika ada yang mau bicara tentang dosa, maka biarlah itu menjadi hubungan antara mereka dengan Tuhannya yang sesuai dengan agama mereka masing-masing. Lagi-lagi saya bilang agama saya minim tapi masalah dosa itu hubungan manusia dengan Tuhan.

Jadi, biarlah. Bayangkan perasaan mereka yang mirip di video, saya membayangkan dan fiuh! Berat!

Entahlah, saya simpati dengan mereka. Serius. Karena saya pikir ucapan itu kadang sangat jahat. Karena tanpa sadar itu adalah penindasan atau bahasa kerennya pembunuhan karakter dan tanpa sadar juga orang-orang yang ingin tahu lalu membicarakan mereka dengan negatif sudah melakukan hal yang sangat jahat.

Yah, ini memang asli yang saya pikirkan saja. Kalau ada pihak yang tersinggung saya minta maaf.

2 komentar:

CSB mengatakan...

mnrt aku sih dr perbuatan asusila dan kriminal (yg ketauan) itu, yg lbh beratnya bukan sanksi hukum, tp sanksi morilnya. walopun kehidupan penjara itu berat, akan lebih berat ketika :
1. Mereka yg msh berstatus tahanan itu punya keluarga, dan keluarganya mesti ikut menanggung malu.
2. Mereka keluar dan statusnya berubah jadi "residivis", cap sampah masyarakat otomatis mereka dapatkan.

Berani berbuat, berani bertanggung jawab.
Berani jadi orang kaya, berani menghadapi perampok, petugas pajak, dan bencana alam.
Berani miskin, berani lapar dan iri ketika liat org yg tidak miskin.

Ga berenti di situ. Sudah berbuat, siap menerima konsekuensi.
Sudah bekerja keras, siap menerima materi dan juga siap kehilangan waktu & tenaga.
Sudah bermalas2an, siap menerima banyak waktu luang dan juga siap kehilangan materi.

Sudah menghakimi orang, siap menerima penghakiman dari orang lain (juga Tuhan) dan juga siap kehilangan kedamaian hati.

Aku bener2 ketawa wkt liat berita, walikota dan salah satu ormas Islam mengeluarkan larangan bagi si pria utk tampil di kota asalnya. "Maaf, bapak-bapak yang (merasa diri) terhormat. Apakah pornografi menuntun seseorang kepada kekerasan? Diskotik kalian serbu. Lokalisasi kalian serang. Tapi kelompok berandalan yang sudah jelas membunuh, kalian tak berikan hukuman apa-apa."

Penulis Dunia Dua mengatakan...

Aku akan sangat dimarahi Pak Sahala kalau dia baca ini karena aku sangat setuju sekali tingkat tinggi sama kata-kata kamu.

aku ketawa (miris) liat rumah yang mirip artis itu di demo dan karyanya diboikot.

entahlah. aku hanya bisa jadi pendengar yang baik dan ga peduli dengan orang-orang baik itu yang "peduli" sekali sama aib orang lain.