Rabu, 10 Juni 2015

Jalan

Aku sedang berada di persimpangan jalan, dua-dua terlihat penuh dengan liku dan tak terlihat ujungnya. Aku merasa terjebak, seseorang mengajakku kesini lalu meninggalkanku begitu saja. Lalu, sekarang aku tak tahu haru berbuat apa.

Aku tahu aku harus memilih salah satu dan pilihannya bukan kanan atau kiri, atas atau bawah, salah atau benar karena dua duanya sama-sama tak terlihat ujungnya. Gelap. Dan aku tidak mempunya pencahaayaan untuk melihat sedikit alurnya akan kemana.

Salah satu jalan terlihat mulus dan ada kebahagiaan semu, tak mungkin juga tak semu. Mungkin kebahagiaan untuk orang lain juga yang dariku tapi mungkin aku tak bahagia tapi bisa saja aku bahagia. Ah, terlalu banyak tapi.

Jalan satunya lagi tak jelas, bagus juga tidak. Tapiaku melihat aku akan bahagia tapi mungkin juga tidak, mungkin orang lain bahagia karena aku bahagia tapi mungkin juga tidak. Ah, ini juga banyak tapi.

Tapi, aku benar-benar harus memilih. Aku harus mengikuti salah satu jalan ini, tapi aku tak tahu harus memilih yang mana. Tak ada seorangpu yang bisa kutanya, tapi ini kan jalan yang harus aku tempuh buat apa aku bertanya toh dia punya jalan yang ingin ditempuhnya, kenapa aku tak tahu.

Waktu terus berlalu, perlahan orang-orang berdatangan mengajakku berbicara lalu mereka memilih jalan mereka dan hilang. Sudah banyak dan tak terhitung tapi aku masih disini, diam dan terus berpikir sehingga semakin banyak yang kupertimbangkan. Dan aku semakin bingung.

Beberapa anak-anak melewatiku dan memilih jalan mereka pilih dan beberapa orang dewasa juga begitu, ada beberapa juga yang kembali dan memilih jalan satunya dan aku hanya memandang mereka tanpa menentukan pilihan.

Aku benar-benar bingung karena mereka bilang ini keputusanku dan aku harus memilih sendiri. Sampai tiba-tiba ada satu orang yang menuntunku mengikuti jalann yang ia pilih, aku berdiri diujung jalan. Melihat dengan seksama jalan itu dan ada sedikit cahaya.

Aku cuma tahu kalau aku harus bahagia memilih jalan yang kupilih tapi aku bukan seharusnya bahagia karena harus tapi aku harus bahagia dengan pilihanku dan itu yang seharusnya jadi sebuah keharusan.

Ah, sayang waktu tak mau menungguku. Ia terus saja berjalan tanpa peduli aku sedang bingung. Dan sampai detik ini mungkin aku sudah menentukan pilihan tapi semua masih mungkin. Aku masih  berdiri di tempat yang sama.