Rabu, 19 Januari 2011

Belajar dari Iqbal Masih

Tulisan ini saya persembahkan untuk seorang anak bernama Iqbal Masih.

1983 - 1995

Iqbal masih adalah seorang anak laki-laki kelahiran Pakistan. Ketika berusia 4 tahun di jual sebagai budak anak dengan harga $16. Setiap harinya ia harus bekerja 12 jam di pabrik tenun, menjadi budak tentu tidak semudah itu ketika dia tidak mematuhi majikannya dia akan dikenai hukuman dicambuk atau dipukuli.

Suatu hari Iqbal melarikan diri ke kantor polisi. Sayangnya, perwira polisi disana berada di pihak pabrik tenun. Maka iya dikembalikan kesana dan kakinya dirantai oleh majikannya. Tapi perjuangannya tidak berhenti disana, pada usia 10 tahun dia berhasil melarikan diri dan bergabung dengan BLLF (Bonded Labor Liberation Front of Pakistan), sebuah kelompok yang didedikasikan untuk membebaskan perbudakan pada anak.


Dia tidak hanya bergabung dengan BLLF tapi juga menjadi seorang juru bicara dan dalam waktu dua tahun dia berhasil membebaskan 3000 anak dari perbudakan. Untuk mewawancarai anak-anak yang berada di pabrik-pabrik tersebut Iqbal menyamar agar bisa masuk kesana, sebuah usaha yang sangat berani.

Sebagai usahanya untuk mengakhiri pekerja anak terikat Iqbal pergi ke Amerika Serikat dan Eropa, dia juga menyerukan untuk melakukan pemboikotan karpet Pakistan. Akhirnya pada tahun 1992 ekpor karpet Pakistan mulai menurun dan Iqbal mulai menjadi "musuh" para mafia karpet.

Pada tahun 1995, ketika usia Iqbal 13 tahun dia dibunuh. Seorang anak yang meperjuangkan nasibnya dan anak-anak lain hidupnya diakhiri oleh orang lain. Pada tahun 1994, Iqbal dianugerahi Reebok Human Rights Award. Dan pada tahun 2000, ia secara anumerta dianugerahi The World’s Childrens’s Prize for the Rights of the Child.

Pada umur 13 tahun saya hanya seorang anak kecil biasa yang belum memikirkan tentang nasib anak-anak seusia saya tapi seorang Iqbal Masih berjuang untuk anak-anak lain sehingga akhirnya ia terbunuh.

Sekarang, saya bukan lagi anak-anak dan saya punya waktu lebih banyak dari Iqbal. Maka saya sudah seharusnya tidak menghabiskan waktu hanya untuk saya saja tapi untuk orang lain karena saya hidup di dunia tidak sendiri.

Seorang anak kecil yang sudah membuat saya malu karena di umur saya yang sudah mencapai 23 tahun saya belum melakukan sesuatu seperti yang Iqbal lakukan. Melakukan sesuatu untuk orang lain dan tulus.

Tulisan ini saya buat agar paling tidak bukan hanya saya yang tergerak untuk melakukan sesuatu.

Terima Kasih, Iqbal Masih.

2 komentar:

amad_dlg mengatakan...

ini adalah pelajaran yang penting...

bagi jutaan orang diluar sana, iqbal tetap hidup dengan perjuangan nya

Penulis Dunia Dua mengatakan...

Setuju! Iqbal itu suka bikin malu orang yang enggak ngapa-ngapain (kalo orangnya sadar)