Jumat, 11 Desember 2009

Mari Bersyukur

Hari itu saya naik damri menuju ke Elang sambil membaca majalah Movie Monthly. Baru membaca dua halama pertama saya tertergun dan tertawa melihat ada strip komik buatan dari seseorang yang bernama Sonny.

Disana ada lima gambar yang bercerita denga cerita yang berbeda pula. Cerita pertama ada seorang laki-laki berjenggot sedang duduk di depan komputer dengan keyboard dan mouse yang berada di lantai, lucunya muka laki-laki tersebut tepat di depan layar monitor dengan kedua tangan memegang monitor disertai dengan tulisan “mana datanya mana??”

Cerita kedua ada seorang laki-laki lagi dengan dahi diikat kain dengan muka ekspesri stress sedang duduk dengan menatap kertas kosong, di tangganya ada sebuah pena yang mengarah ke arah kertas kosong tersebut. Pada cerita itu juga ada tulisan “ ide ….datanglah!!!”.

Dilanjut ke strip berikutnya, kali ini ada dua sosok laki-laki yang satu laki-laki dewasa dan satu lagi adalah laki-laki kecil. Sama seperti cerita sebelumnya laki-laki ini pun sedang duduk di depan komputer dengan mata berubah menjadi kotak dengan tulisan “duh..liat monitor terus” dan dibelakangnya ada anak kecil dengan muka panik melihat kearah ayahnya sambil memegang kepala ayahnya dan berkata “pa..mata papa?!kok??” sebuah ekspresi yang sangat lucu.

Pada cerita keempat ada sosok laki-laki berkaca mata dengan ekspresi mulut terbuka dengan lidah menjulur ke samping kanan dan kedua tanggannya sedang menarik rambutnya. Diatas mejanya banyak buku-buku berserakan dan kertas-kertas beterbangan, diatas kepalanya ada tulisan “aduh!kok pusing ya!?”

Strip terakhir ada seorang wanita membawa tas ransel sambil memegang peta dan diwajahnya bisa dilihat dia sangat panik dan berkata “di..dimana ini??” dan ada sebuah gambar kecil seorang laki-laki ngebut naik motor dikejar-kerjar polisi dia hanya berkata “minggiiiir!!saya mo lewattt!!”

Dari semua cerita di atas ada sebuah tulisan yang membuat saya tercengang dan kemudian tersenyum, isi tulisan itu adalah “Marilah bersyukur atas kesibukan kita…karena tidak semua orang seberuntung kita…”

Sebuah strip komik dengan lima cerita sederhana yang sangat bagus mengajarkan untuk bersyukur atas kesibukan daripada tidak mengerjakan apapun. Saya jadi malu karena kadang masih suka mengeluh di dalam hati dan berencana mengurangi semua keluhan kala PMS. Ayooooo…semua kita bersyukur!!!!!!

Minggu, 27 September 2009

Hujan Permen

Aku melihat sebuah permen jatuh dan disusul oleh permen yang lain. Sangat banyak. Otakku berpikir, inikah yang namanya hujan permen. Aku melihat ke arah langit dan permen-permen itu benar-benar dari ujung langit. Aku mengambil sebuah ditanah, permen dengan bungkus berwarna oranye. Kubuka perlahan lalu kihirup aromanya, ternyata benar lalu keberanikan diri untuk memakannya.

Permen berwarna merah itu manis, sangat manis. Aku mengambil lagi dan terus memakannya tapi permen itu tak kunjung habis. Seketika kurasakan perutku sakit lalu gigiku pun sakit. Sial. Permen ini hanya manis di awal saja.

Aku berhenti. Berpikir lagi. Apa yang akan lakukan terhadap permen-permen ini. Permen ini manis tapi kalau kumakan banyak-banyak aku sakit, ingin kulewatkan tapi sayang melewatkan seuatu yang bagus.

Aku mengambil keranjang di rumah, lalu memasukkan semua permen ke dalam keranjang. Berjalan menuju keramaian, hari itu aku menjadi peri permen. Karena aku membagikan semua permen kepada orang yang tepat.

Aku hanya menyisakan satu untukku. Entah akan tetap untukku atau untuk orang lain lagi.

Selasa, 22 September 2009

Hujan dan Kosong

Akhirnya aku berhasil membunuhnya, aku membunuhnya dengan tangan dan hatiku. Karena dia sudah hilang dan akupun hilang.

Tiba-tiba hari itu menjadi cerah, dengan matahari yang bersinar dan burung-burung yang berkicau. Hari ketika dia mati menjadi sangat indah. Muncul tangan yang lain, putih dan bersih membuatku tertawa lagi.
Hari-hari setelah itu menjadi indah.

Tapi, entah tiba-tiba muncul awan gelap dengan suara petir bersaut-sautan. Aku tidak dapat bersiap untuk lari, karena saat itu juga awan gelap menyelimutiku. Hujan turun dengan lebatnya dan hilanglah semua. Eh? Kemana semua?

Ketika itu juga aku ingin membunuh semuanya.

Minggu, 30 Agustus 2009

Aku Mati

Aku selalu ingin membunuhnya, setiap saat aku melihatnya yang ada dipikiranku hanya ingin menghilangkan nyawa orang itu. Jadi, lebih baik aku tidak melihatnya lagi. Lebih baik tidak melihatnya lagi.

Hari itu tanpa sengaja aku melihatnya, aku melihatnya tertawa. Entah kenapa aku ikut tertawa dan ingin membunuhnya. Tanpa kusadari aku mengambil gunting dari dalah tas hitamku dan aku berjalan perlahan mendekatinya.

Dia belum mengetahui keberadaanku dan tetap tertawa saja, aku menarik bibirku agar muncul sebuah senyum yang manis. Aku tersenyum dan menepuk pundaknya lalu dia menoleh ke arahku dan memberikan sebuah senyum yang manis bagi orang lain tapi tidak bagiku.

Aku memberikan sebuah pelukan hangat dan keluarlah cairan hangat dari tubuhnya, cairan berwarna merah pekat dan berbau. Dia masih tersenyum dan menatapku. Aku kembali memberikan senyuman kepadanya.

Aku bahagia karena dia akan segera mati, mati dan menghilang dari kehidupanku tapi dia mendekati telingaku dan membisikkan sesuatu. Lalu entah, aku yang tidak dapat bernapas lagi. Aku mati. Aku masih ingin membunuhnya.

Sabtu, 29 Agustus 2009

Tulus (hingga) Imbang

Saya sedang menikmati masa-masa sendiri saya. Sendiri disini waktu saya dengan saya yang benar-benar sendiri sehingga saya bisa berpikir jenih tentang saya tidak dengan perasaan.

Saya akhirnya atau sementara berpikir jernih tentang kemanusian atau lebih tepatnya tulus. Saya benci dengan segala macam bentuk bohong walaupun kadang saya suka bohong demi saya karena pada ujungnya pun manusia egois.

Semua tahu karena pada akhirnya tentang kasih saya sesama manusia adalah hal penting dibalik semua tentang profesionalisme atau apapun. Karena hanya hal itu yang tidak dapat diukur dan tidak mungkin bohong.

Menerima manusia apa adanya adalah hal yang paling indah menurut saya karena rasa itu tulus dan bisa dirasa walaupun sedikit mistis karena wujudnya tak terlihat.

Sudah tidak perlu alasan mengenai ketulusan. Sudahlah hal itu tidak usah dipertanyakan. Karena ketulusan menyebabkan orang dapat berbuat lebih untuk dirinya bahkan untuk orang lain.

Saya memang tidak sempurna karena akan ada yang menyempurnakan dan menutup semua yang tidak saya punya karena hidup pasti seimbang kan. Itu adil dan bukan berarti sama.

Karena seperti kata pepatah saya punya jalan sendiri, dan kamu punya jalan sendiri dan sebagai jalan yang sama atau jalan yang benar itu tidak benar-benar ada karena proses tiap orang berbeda dan janganlah mengganggu jalan orang lain karena tiap orang pasti punya tujuan sendiri.

Saya diam bukan tak tahu atau tak mau tapi saya diam karena kadang ini jalan saya dan saya punya tujuan. Tujuan saya hanya saya yang tahu karena seperti kata Sherlock Holmes perencana terbaik hanya dia yang tahu rencananya.

Jadi, saya akan tulus menerima apa adanya sambil menunggu ketulusan yang ada sehingga ketulusan kami menjadi yang seimbang dan menimbulkan perasaan yang nyata karena semua itu tidak lagi butuh alasan.

Sabtu, 22 Agustus 2009

Rumahku Kosong

Aku mengambil benda perak itu di tempat biasa semua orang menaruhnya, lalu memasukkannya ke tempat yang tepat. Tangan kananku meraihnya dan mendorongnya kebawah, setelah itu aku melihat sebuah ruangan yang gelap dan sepi.

Aku mencari benda berwarna putih agar ruangan itu bisa kulihat. Sinar itu menyilaukan, mataku berkedip karena kaget. Aku bisa melihat semuanya dan isinya kosong. Mataku dapat melihat tapi aku tidak dapat melihat apa-apa.

Aku mulai melangkah, kulihat sekitar dan isinya tetap kosong. Lalu aku menuju ke ruangan terdekat, itulah kamar adik bungsuku. Dulu, aku selalu melihat dia tertawa. Dia adalah sosok laki-laki yang ceria yang selalu mencari apa yang baru dan dia sangat penuh kasih sayang.

Lalu aku menuju ke ruangan berikutnya, itu adalah kamar kakakku. Aku sering mengintip kakak perempuanku itu karena dia adalah orang yang tidak suka diganggu. Dia sangat suka melukis dan mendengarkan lagu.

Aku beranjak ke kamar orangtuaku. Oh, aku sangat merindukan mereka. Mereka selalu mendukungku dan memberikan kasih sayang yang penuh. Mereka selalu ingin berada di antara orang yang mereka kasihi.

Terakhir, kamar yang paling ujung. Kamar berpintu coklat dengan cat berwarna hijau itulah kamarku. Aku bisa melihat benda-benda yang ada didalam. Letaknya sama seperti terakhir kutinggal isinya penuh dengan boneka-boneka kesukaanku.

Sekarang aku benci semua itu karena mereka meninggalkan aku sendiri dan aku sepi. Mereka tidak lagi mendengarkan aku bahkan mereka tidak lagi menganggapku ada. Padahal terakhir kulihat aku hanya tidur ditemani benda yang berbunyi dengan satu nada. Setelah itu aku bangun lagi dan kembali kerumah, tapi tidak ada lagi yang mendengarku.

Senin, 17 Agustus 2009

Aku peduli tapi tidak lagi

Aku melihat seekor tikur berlari. Berlari dengan sekuat tenaga. Wajahnya ketakutan tapi tersenyum. Biadab. Dulu aku sering mengejarnya dan selalu ingin membunuhnya. Tapi sekarang tidak, aku hanya membiarkannya berlarian di sekitarku. Aku peduli tapi tidak lagi.

Tikus itu menjijikan sekarang. Tidak waktu kutemukan dahulu. Warnanya coklat dan bersih. Setiap hari kuberi makan. Apa saja yang ada dalam lemari es. Kalau aku sedang irit kuberi sisa makananku. Aku baik padanya. Tapi tikus itu menjijikan sekarang.

Dia berkali-kali kulihat mencuri makanan dari lemari es bahkan makanan dari teman-temanku yang berkunjung. Sungguh kurang ajar. Aku peduli tapi tidak lagi.

Tikus itu selalu berulah ketika sudah tahu seluk beluk rumahku. Bajingan. Dia memakan makananku, menggigit bajuku bahkan tidur dikasurku. Semua dilakukan tanpa izin dariku, benar-benar keterlaluan.

Sekarang tak kuurus lagi. Dia menjadi kotor dan warnanya pun menghitam. Dia tak ingin aku izinkan ke rumahku lagi. Biar saja diurus orang lain. Tikus itu tak tahu diri. Aku peduli tapi tidak lagi dan tak perlu takut.

Minggu, 16 Agustus 2009

Manusia Terakhir

Lucu rasanya melihat teman-temanku terus saja tertawa mereka seperti tidak punya masalah. Mereka terus memanggilku untuk ikut tertawa bersama mereka dan aku sangat menyukainya.

Hari itu seperti hari terakhir bersama mereka karena aku sangat bahagia dan tidak ingin melepaskan kebahagiaan itu. Sampai akhirnya aku pulang ke tempat laknat itu lagi. Tempat yang tidak ingin aku kunjungi tapi aku harus. Aku harus memuaskan tatapan-tatapan nafsu itu dengan senyumanku. Senyuman yang datang dari bibirku.

Seorang laki-laki sudah menungguku, aneh. Kali ini sangat tampan dan dia memiliki aroma yang sangat kukenal tapi aku tidak dapat mengingat. Aroma ini, ah entahlah. Mungkin aroma yang biasa kuhirup setiap hari dari berbagai lelaki yang datang. Aku tak mau ambil pusing toh dia akan melupakanku dalam sekejap.

Dia menungguku dua jam, entah apa yang ada dipikirannya padahal masih banyak wanita disini dan akupun bukan yang tercantik. Tapi tak apalah sudah hampir setengah perjalanan aku tidak menemukan sosok yang rupawan.

Dia tidak banyak bicara. Dia langsung menghampiriku, melihatku dari atas sampai bawah dan berhenti di tengah, memang dasar laki-laki. Lalu dia mengambil tanganku sembari berjalan menuju ruangan yang selalu kugunakan.

Aroma ini. Aku merasa sesuatu tapi aku tidak dapat berpikir. Kulayani saja dia dengan sangat baik tentunya. Dia tersenyum dan mengambil sesuatu dari tasnya mendekatiku dan dalam sekejap aku dapat melihat diriku terbujur kaku.

Sebelum itu aku mendengar suara letupan kencang. Aku melihat sesuatu dalam rahangku dan aku mengenali itu sebuah timah panas bersarang disana. Aku melihat dia tertawa dan berbisik "aku kembali" dan aku ingat suara itu. Lalu dia menemaniku melihat dua sosok yang tidak dapat bernapas lagi.

Terbakar

Malam itu semua hilang, semua yang sudah dibangun dengan susah payah. Bangunan itu hancur, bangunan yang kubangun dengan keringat dan air mataku. Yang terakhir kulihat semua berwarna merah dan panas.

Bangunan itu juga kubangun dengan mimpi-mimpi inidah yang tadinya kurasa aku tak sanggup untuk memulainya. Sampai akhirnya aku berani untuk bermimpi dan berusaha mewujudkan itu.

Pintu berwana merah pekat, dengan cat dinding berwana hijau muda. Lalu kamarku sendiri berwarna merah muda, seperti hatiku waktu aku memulainya. Tempat yang nyaman selalu aku cari disaat sedih dan senang apaplagi disaat aku merasa sendiri. Selalu saja membuatku kembali hidup.

Dari bangunan itu aku menemukan banyak cerita dan pelajaran berharga sehingga membuat hidupk menjadi lebih bermakna. Tapi malam itu kulihat warna merah itu berubah menjadi hitam dan abu-abu.

Benda merah itu seakan marah padaku dan meghancurkan semua mimpiku. Aku hanya terus menatap dan berharap itu kembali. tapi semua disekitarku bilang jangan. Lebih baik itu hancur karena sudah saatnya dan baiknya aku membangun yang baru, yang lebih indah.

Sabtu, 15 Agustus 2009

Ayah dan darah

Ketika aku sedang bermain dengan teman-teman, ketika itu juga hujan turun. Tapi hujan kali itu tak menghentikanku yang sedang asyik. Hari itu aku sangat gembira, karena mereka membantuku menghilangkan luka yang perih saat aku jatuh kemarin.

Aku sedang bermain dengan riangnya, tiba-tiba salah satu temanku mendorongku hingga aku terjatuh. Kaki dan tanganku luka-luka dan muncul cairan berwarna merah yang membuatku menangis. Aku takut darah, entah apa yang membuatku takut tapi cairan itu membuatku selalu menangis walau kadang rasanya tidak sampai membuatku menangis.

Waktu itu aku melihat banyak warna merah, warna merah pekat itu keluar dari sesosok tubuh dihadapanku. Dia menatapku, tangannya berusaha meraihku dan ucapannya terbata-bata. Aku tak dapat mengerti maksudnya, tapi hari itu tubuhnya dipenuhi darah.

Tatapan kosong, lutut lemas dan kakiku seakan dipaku diatas lantai berwarna coklat itu, aku hanya diam menatapnya. Lalu datang seorang pria, menarikku pelan dan membisikkan sebuah kalimat "dia sudah tenang". Kalimat yang tidak dapat kumengerti, karena aku tidak melihat ketenangan di tubuh besar itu.

Setelah itu aku tidak ingat apa-apa agi. Selain aku takut darah dan keesokkan harinya aku melihat adikku dimasukkan kedalam sebuah lubang dengan banyak orang menangis tapi ayahku tersenyum.

Rabu, 12 Agustus 2009

Pertarungan melawan makhluk aneh

Sesosok makhluk buas dan ganas tiba-tiba muncul dihadapanku. Entah muncul darimana aku tidak tahu, tapi dia kelihatan senang karena berhasil membuatku takut.
Aku tak bisa berkata apa-apa, lututku lemas, jantungku berdetak dengan sangat kencang, kelenjar ketingat dalam tubuhku bekerja dengan sempurna dan entah kenapa aku menangis. Aku merasa tidak ada yang dapat kulakukan.Aku sangat takut dan aku kesal karena merasa tidak dapat menolong siapapun.

Makhluk itu semakin mendekat dan sudah menyentuhku, dia seperti mempermainkan aku dan aku hanya bisa menangis meraung-raung. Dasar makhluk sialan, hardik ku dalam hati. Ini tidak dapat dibiarkan karena dia terus mengganggu tapi aku sangat takut tidak bisa melawannya.

Aku mencari pertolongan, apapun dan siapapun yang kupikir bisa mengalahkannya. Aku tidak bisa lagi berada dekat makhluk itu. Dia sangat menjijikkan dan membuatku mual. Bangsat.

Aku harus menguatkan diriku agar dia takut padaku, tapi apa mungkin. Tubuhnya dua kali lipat tubuhku dan giginya seakan siap untuk menerkam. Sial. Tapi kalo aku tidak bertindak aku pasti mati. Mati, sesuatu yang menenangkan sepertinya, untukku tidak dengan cara seperti ini. Karena aku masih bisa melawan.

Baik. Ini saatnya. Tunggu kau makhluk aneh, aku akan melawanmu. Kamu akan mati ditanganku. Tuhan, berikan aku kekuatan untuk melawan makhluk menjijikkan itu. Dalam sekejap, aku sudah berada dibelakangnya dengan tangan kosong, kugigit kakinya yang penuh luka lalu kujambak rambutnya yang berwarna hijau. Dia bau, aku hampir muntah berada di dekatnya.

Yak. Aku berhasil membuatnya terjatuh. Mampus kau!! eh, tapi dia mendekatiku dan tersenyum. Hah?
lalu bayangannya menjadi tipis dan menghilang. Hilang.

Senin, 20 Juli 2009

Menikmati Hidup

Ada sebuah kata-kata bijak "Bisa karena biasa.."
Sayangnya banyak yang takut mencoba, sehingga hanya mencapai "saya tidak bisa.."

Kata yang lainnya "kalau kita tidak pernah sedih, nanti jadi sombong.."
Sayangnya banyak yang takut sedih, sehingga selalu mengeluh kalau sedang sedih dan menjadi marah karena diberikan kesedihan.

Padahal tidak ada salahnya untuk menjadi berani menghadapi kesedihan. Karena setelah itu kita akan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Tidak percaya??

Saya percaya. Karena saya pernah mengalami kesedihan. Tentu saja karena saya manusia. Kesedihan dan kebahagiaan selalu datang bergantian.

Dulu saya selalu menikmati kebahagiaan dan ketika kesedihan itu datang saya terus mengeluh, marah, menyalahkan orang lain atas kesedihan saya. Tapi, itu dulu..

Tapi sekarang saya menikmati keduanya. Ya. Kebahagiaan dan kesedihan.
Ketika kebahagiaan datang saya menikmatinya, terus sampai merasuk ke hati dan selalu ingin berbagi kebahagiaan itu dengan orang yang berada di sekitar saya.
Lalu setelah itu kesedihan datang, sebenarnya saya tidak lagi ingin menyebut itu kesedihan karena saya menikmatinya. Jangan pernah takut, hal itu pasti akan datang karena hidup ibarat roda. Tapi kalau kita pintar meramu kesedihan itu maka kita akan terus bahagia. Ketika dia datang, maksud saya kesedihan. saya akan membiarkan saya merasakan hal itu, lalu hilangkan pikiran negatif dan munculkan pikiran positif.

Maka, hilanglah rasa sedih Karena saya yakin setelah ini akan datang hal yang lebih baik.Yakinlah kepada diri sendiri kalau kita mampu dan kuat.
Karena semua muncul dari diri sendiri.

Selasa, 07 Juli 2009

Memilih untuk diri sendiri

Manusia tidak sempurna, tapi dia bisa jadi sempurna ketika dia dapat menyembunyikan dirinya.

Tekanan.
Hal yang tidak mengenakan, bahkan bagi sebagian orang hal yang dihindari.
Saya pun tidak menyukainya, tapi saya mencoba untuk selalu menikmatinya.
Tekanan membuat kita lompat lebih tinggi. Sangat tinggi.

Pilihan.
Ketika tertekan tentu rasanya tidak enak. Pasti.
Tapi memilih untuk bangkit itu jauh lebih baik daripada terus jatuh dan menyakiti diri.
Semua hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan yang kita rasakan berasal dari diri sendiri.
Kita harus memilih untuk hidup kita.
Seperti kata Socrates, kita harus memilih untuk menjadi bahagia.

Hari ini.
Saya kadang masih tidak menyukai tekanan.
Tapi dengan adanya tekanan.
Saya bisa bergerak, saya bisa menulis, saya bisa menggambar.
Dan saya bisa melakukan apa yang saya mau.
Bisa menjadi lebih kuat.
Seharusnya saya berterima kasih dengan tekanan itu.
Dan saya memang berterima kasih dengan tekanan itu.
Karena ketika tekanan itu hilang, saya dapat merasakan hal yang sangat menyenangkan yang dapat mengubah saya sedikit demi sedikit.

Terima Kasih kepada orang-orang yang memberi saya tekanan.

-untuk semua yang sedang tertekan-
..haha..

Minggu, 07 Juni 2009

Cobalah

Hidup.
Tidak semua yang kita inginkan dapat kita miliki.
Tidak semua yang kita rencanakan dapat terwujud.
Kenapa?
Karena kita manusia?
bukan..
karena kita tidak yakin, kurang yakin atau memang tidak mencoba.

Maka yakinkanlah dan cobalah.
kalau memang bukan yang kita inginkan maka akan muncul yang kita butuhkan.
Setidaknya coba, maka kita tahu apa rasanya.

Sesuatu yang tidak terduga akan muncul.
Takut bukan pilihan tapi tantangan untuk berani.

Kamis, 04 Juni 2009

Diri sendiri atau menipu diri?

Mengapa banyak orang hidup demi penilaian orang lain?

Mereka hidup untuk dinilai oleh orang lain, hidup mereka untuk menyamankan orang lain, padahal tidak jadi diri sendiri.
Memang manusia makhluk sosial.
Tapi apa guna hidup untuk orang lain, untuk dinilai, untuk dipuji atau dipersalahkan bahkan ketika dia merasa benar.
Hidup ini miliknya.

Tanpa disadari mereka bunglon, tapi banyak dari mereka meyakini bahwa mereka jadi diri sendiri.
Jujurkah? atau mereka berhasil menipu diri sendiri?

Hidup itu penuh pilihan.
Jadi biarlah mereka memilih untuk jadi sama atau beda, tapi jangan pernah mempermasalahkan hidup orang lain.

-kereta api, 02:20-

Minggu, 17 Mei 2009

Belajar dari Socrates

Menurut Socrates "Untuk apa orang memilih menjadi tidak bahagia?"

Sebuah kalimat yang singkat, padat dan jelas. Untuk apa orang memilih menjadi tidak bahagia? Beberapa kata itu bisa menjadi panjang jika dimaknai.

Hidup. Setiap manusia memiliki jalan hidup yang berbeda, tergantung kita memilihnya. Ada saatnya bahagia, sedih, kecewa, bingung dan semua perasaan yang bisa dirasakan oleh manusia.

Rasa. Semua manusia memiliki rasa, semua rasa bisa timbul karena ada sebab. Tapi tidak semua rasa itu enak, disini kita dapat memilih semua rasa itu mau dinikmati, dimaknai, atau hanya dijadikan hal yang seakan-akan mengganggu hidup kita. Kenapa mengganggu, karena ada orang menjadikan hal yang tidak enak sebagai halangan atau alasan untuk menjadi lemah, dengan banyak alasan tersebut akan muncul manusia pengeluh.
Padahal rasa yang muncul entah enak atau tidak jika dipersepsi dengan baik maka rasa itu bisa menjadi hal yang dapat menguatkan kita.

Bahagia, merupakan rasa yang paling mudah dipahami dan menyenangkan karena dengan bahagia kita dapat melakukan segala hal dengan baik. Rasa dan hidup itu milik pribadi setiap orang, setiap orang bisa mengatur dirinya, maka aturlah diri kita agar rasa bahagia selalu muncul.

Jadi, hidup yang singkat dengan banyak perasaan yang muncul kenapa kita tidak memilih untuk bahagia?
Saya memilih untuk Bahagia.

Tulisan ini dibuat oleh saya dan untuk saya serta orang-orang yang ingin membaca. Semoga, tulisan ini pun dapat menjadi pelajaran bukan hanya untuk saya.
Terima Kasih.

Sabtu, 09 Mei 2009

Belajar dari Eyeshield 21

Setelah memasuki dunia saya, saya menyadari kalau saya bisa belajar dari semua hal. 

Yang dibutuhkan hanya menjadi seseorang yang detail, perhatikan segala sesuatu dari banyak sudut pandang dan pahami semua maksud dari tiap sudut pandang. Maka akan muncul sesuatu yang berguna. Saya melakukan ini dan berhasil bagi saya. Semoga bisa berguna juga bagi orang lain.

Misalnya dari membaca komik, contoh Eyeshield 21, sebuah komik yang lucu dan sedikit kejam -terutama Hiruma dan Agon- tapi banyak pelajaran yang bisa diambil.

Yoichi Hiruma yang sadis tapi tidak pernah menunjukkan kelemahannya agar anggota kelompoknya dapat termotivasi terus. Shin, pemain dari Ojo White Knight yang terus berlatih padahal di mata orang lain dia sudah "sempurna", tapi dia terus berlatih dan tidak pernah menjadi sombong malah semakin realistis.
 
Sena Kobayakawa, selalu menjadi pesuruh dan selalu dianggap lemah tapi dengan tekad dan kemauan dia bisa berubah menjadi pahlawan bagi Deimon Devil Bats.
Unsui dan Sakuraba, mereka yang digolongkan sebagai orang biasa terus mengejar para jenius -Shin dan Agon- dengan kekuatannya walaupun mual dan kesakitan tapi tidak pernah sekalipun mereka menghindar, karena pada dasarnya jiwa mereka sudah kuat.

Jadi, orang biasa yang merasa tidak mempunyai bakat sekalipun kalau mempunyai tekad sekuat Unsui dan Sakuraba pasti bisa menjadi orang kuat.

Saya hanya ingin berbagi dengan yang membaca tulisan ini, semoga berguna!