Rabu, 03 November 2010

Sebuah Pilihan yang Harus?

Saya sungguh masih muda. Umur saya masih diawali dengan angka dua dan diakhiri dengan angka tiga. Itu pertanda saya masih muda. saya masih ingin mengejar cita-cita, tujuan dan semua yang membuat makna dalam hidup saya. Saya merasa masih muda.

Tapi saya tinggal di kawasan tropis yang memiliki banyak penduduk ramah tamah yang sering terlalu peduli dengan hal-hal sekitar walaupun sepele dan bukan urusannya.

Saya seorang wanita. Sekali lagi. Saya seorang wanita dan seseorang pernah berkata kepada saya, hidup di negara ini dengan jenis kelamin wanita harus dua kali berkerja dengan lebih keras untuk dianggap sama dan saya bukan seorang feminis ataupun diskriminatif tapi sebagai wanita saya memang sering merasa diperlakukan dengan berbeda.

Contoh, saya tidak boleh pulang malam, saya tidak boleh merokok atau saya dianjurkan tidak berkata kasar. Wanita seumur saya juga sudah dianjurkan untuk menikah walaupun saya merasa masih muda tapi itu tidak untuk laki-laki. Laki-laki boleh menikah diumur berapapun tapi wanita yang menginjak angka tiga sudah bisa dibilang perawan tua walaupun banyak juga yang sudah tidak perawan.

Menurut banyak orang, menikah itu baik walaupun mereka sering bercerita tanpa alasan yang jelas. Menikah itu seperti sebuah keharusan yang memaksa karena membuat banyak orang yang merasa belum waktunya jadi harus menikah karena banyak orang peduli yang terus menasehati.

Menikah adalah pilihan setiap orang. Pilihan bebas yang tidak boleh dicampuri oleh orang lain. Hak asasi. Tapi tidak disini. Disini banyak orang dan banyak mulut dan banyak pikiran dan banyak orang pintar.

Sebuah pilihan harus dijalani oleh yang memilihnya jadi sebaiknya jangan dicampuri. Maka, bebaskanlah hak memilih orang lain karena sungguh memuakkan dipaksa melakukan yang tidak ingin atau memang sekedar belum waktunya. Biarlah berjalan sesuai dengan apa yang dipilih dan ingin dijalankan.

Tidak ada komentar: