Senin, 20 Desember 2010

Jika Surga dan Neraka tidak ada, masihkah berbuat baik?

Saya baru saja berbicang-bincang mengenai agama bersama seorang teman. Perbincangan itu dimulai karena kami teratarik dengan Juru Bicara FPI yang taulah bagaimana. Lalu merembet jauh hingga ke sejarah tentang agama dan mengingatkan saya ke lagu Chrisye dan Ahmad Dhani yang kira-kira begini :
Apakah kita semua
Benar-benar tulus
Menyembah pada-Nya
Atau mungkin kita hanya
Takut pada neraka
Dan inginkan surga

Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkan kau bersujud kepada-Nya
Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau menyebut nama-Nya

Bisakah kita semua
Benar-benar sujud sepenuh hati
Kar`na sungguh memang Dia
Memang pantas disembah
Memang pantas dipuja

Nah, saya jadi mikir tentang ini. Pertama saya mulai dari saya dulu, saya berbuat baik untuk siapa sih? Untuk apa sih? Lalu tentang saya biarlah saya berpikir lagi untuk saya.

Pertama-tama saya ingin mengutip kata-kata Pak Hitler yaitu "siapapun yang gagal memahami maka kehilangan hak untuk mengkritik maupun mengeluh" dan kata-kata Pak Putu Wijaya yaitu "sesuatu yang terpotong adalah sangat berbahaya". Lalu mulailah saya berpikir tentang tafsir yang menurut saya saat ini banyak disalahgunakan, kenapa karena artinya terpotong. Tidak utuh.

Tafsir pertama tentang mati syahid, mati syahid adalah orang yang mati karena membela agamanya. Contoh pada zaman Nabi Muhammad. Nabi, sahabat-sahabat dan pengikutnya bukan ingin menyerang tapi ingin berdakwah dan di tengah ingin berdakwah diserang maka yang mati ,mati syahid. Paling tidak begitulah pengetahuan saya melalui cerita guru ngaji.

Bukan. Sekali lagi bukan. Membela agama dengan membunuh banyak nyawa tak berdosa. Contoh, tragedi bom Bali dan bom-bom lainnya di Indonesia atau dimanapun. Itu secara tidak langsung menyerang dan membunuh dan orang yang dibunuh tanpa perlawanan tanpa pula kita tahu apa yang ada dipikirannya.

Tafsir kedua tentang menyebarkan kebaikan dan menjaga orang-orang dari kemaksiatan. Contoh yang baik lagi-lagi Nabi Muhammad. Nabi berdakwah tanpa membunuh atau menghancurkan usaha orang lain tapi berdakwah dengan tulus ingin menyebarkan kebaikan.

Dan tentu saya pikir diartikan salah oleh sebagian orang, yang kita semua taulah. Menghancurkan usaha orang lain karena dianggap mesum atau membubarkan perkumpulan yang dianggap komunis, baru dianggap tanpa yakin itu benar atau bukan.

Yah. Begitulah kira-kira gambarannya, padahal semua orang yang beragama tahu bahwa Tuhan tidak mengajarkan untuk membunuh atau mengganggu ketentraman orang lain. Agama mengajarkan kebaikan karena itulah sarana kita berhubungan dengan Tuhan.

Aa Gym juga bilang, "jagalah hati". Karena hati adalah sarana kita berhubungan dengan sesama manusia juga dengan Tuhan. Hati harus dijaga agar tidak timbul perasaan iri, dendam, sombong, mau menang sendiri dan kawan-kawannya. Karena dengan menjaga hati akan timbul perasaan saling menghargai, menghormati dan menyayangi.

Maaf untuk yang beragama lain, saya memberi contoh melalui agama saya karena saya kurang mengerti agama lain sehingga saya kehilangan hak untuk mengkritik maupun mengeluh.

Berbuat baik karena ingin, menyenangkan, tulus atau rasa apapun lainnya, bukan karena ingin masuk surga dan tidak ingin masuk neraka. Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kita berbuat baik?

Tidak ada komentar: