Sabtu, 15 Agustus 2009

Ayah dan darah

Ketika aku sedang bermain dengan teman-teman, ketika itu juga hujan turun. Tapi hujan kali itu tak menghentikanku yang sedang asyik. Hari itu aku sangat gembira, karena mereka membantuku menghilangkan luka yang perih saat aku jatuh kemarin.

Aku sedang bermain dengan riangnya, tiba-tiba salah satu temanku mendorongku hingga aku terjatuh. Kaki dan tanganku luka-luka dan muncul cairan berwarna merah yang membuatku menangis. Aku takut darah, entah apa yang membuatku takut tapi cairan itu membuatku selalu menangis walau kadang rasanya tidak sampai membuatku menangis.

Waktu itu aku melihat banyak warna merah, warna merah pekat itu keluar dari sesosok tubuh dihadapanku. Dia menatapku, tangannya berusaha meraihku dan ucapannya terbata-bata. Aku tak dapat mengerti maksudnya, tapi hari itu tubuhnya dipenuhi darah.

Tatapan kosong, lutut lemas dan kakiku seakan dipaku diatas lantai berwarna coklat itu, aku hanya diam menatapnya. Lalu datang seorang pria, menarikku pelan dan membisikkan sebuah kalimat "dia sudah tenang". Kalimat yang tidak dapat kumengerti, karena aku tidak melihat ketenangan di tubuh besar itu.

Setelah itu aku tidak ingat apa-apa agi. Selain aku takut darah dan keesokkan harinya aku melihat adikku dimasukkan kedalam sebuah lubang dengan banyak orang menangis tapi ayahku tersenyum.

Tidak ada komentar: