Rabu, 26 Oktober 2011

Cerita dari Masa Lalu

Hari ini mungkin waktunya melihat masa lalu yang itu. Semua diawali dengan tidak sengaja, tidak sengaja melihat-lihat foto dan tidak sengaja bagian itu aku buka. Awalnya hanya ingin sekedar mengingat apa yang terjadi waktu itu.

Aku melihat sebuah foto kue, mungkin jika bukan aku yang melihat, kue itu hanya biasa saja. Kue yang tampak enak jika dimakan. Kue berwarna coklat nyaris kehitaman dengan sedikit krim putih dengan siraman sirup disekelilingnya dan untuk mempermanis ada sebuah stoberi dipinggirnya.

Begitu kulihat foto itu sekejap aku tersenyum. Jemariku tak sabar untuk berpindah ke foto selanjutnya dan disana ada dia. Laki-laki yang memberiku kue itu, awal dari perkenalan yang menarik.

"Hari itu seperti biasanya, tak ada yang aneh. Hanya saja temanku datang berkunjung ke tempatku, sebut saja bermain, dia datang mengunjungiku sekalian bercengkrama karena sudah lama kami tak berbagi cerita. Dia datang sendiri disela-sela waktu bermainku.

Lalu aku memintanya untuk menunggu di semacam cafe, tak lama aku menyusulnya. Dia memesan kopi seperti biasanya dan aku sepertinya hari itu tidak memesan apa-apa. Kami berbincang ditemani juga oleh temanku ditempat bermain.

Tiba-tiba ada yang menawari kue itu. Kue yang dari tadi kusebutkan, tapi laki-laki itu tidak menawariku. Dia menawari temanku yang tentu saja sudah mengenalnya, aku masih baru disini. Entah kenapa temanku tak mau, lalu aku yang sepertinya sedang lapar langsung menawarkan diri untuk memakan kue itu.

Tanpa pikir panjang aku langsung memasukan kue itu ke dalam mulutku, satu sendok besar. Kukunyah dan aku tersedak, seingatku kue itu kukeluarkan lagi dari mulutku karena rasanya sangat pahit. Entah apa yang terjadi semua yang ada disana tertawa dan mukaku memerah.

Setelah mencuci mulutku dengan air, laki-laki yang memberi kue bilang kalau itu bukan kue tapi ampas kopi yang dicetak. Oh tidak! Ya, dia tidak menyangka kalau aku akan memakan kue secepat itu atau memang dia menunggu aku makan dan tertawa, entahlah.

Aku malu dan dia meminta maaf tapi entah apa, aku tak marah sama sekali. Aku malu dan mukaku memerah itu bukan pertanda aku marah. Untuk apa aku marah karena setelah itu aku berkenalan dengan laki-laki itu yang akhirnya sekarang memang bukan jadi apa-apa tapi dia berkesan kuat diperasaanku.

Setidaknya perkenalan yang lucu, obrolan yang menyenangkan serta tingkah laku yang membuatku nyaman bersamanya. Aku merasakan itu darinya tentu tanpa perpisahan yang menyakitkan karena kami tetap berteman sampai detik ini.

Entah sekarang kamu dimana tapi aku masih menunggu janji ke Jogja bersamamu."

Ini kuenya, saksi bisu.

Tidak ada komentar: