Senin, 23 Januari 2017

Semoga Bahagia

Sepertinya dalam hidup saya ada beberapa hubungan yang tidak bisa didefinisikan dengan mudah. Semudah mendefinisikan seorang teman atau lebih dari teman. Mungkin memang hubungan dengan lawan jenis itu rumit. 

Benar adanya semua akan terasa lebih berharga ketika orangnya akan tidak ada, karena kurang bersyukur dengan keberadaan seseorang itu. Lalu dia siapa? 

Lagi-lagi kalau ingin menjelaskan awal mula perkenalan kami tidak mudah apalagi awal mula kedekatan kami. Saya tidak terlalu mengingat dengan jelas semua itu tapi rasa tentang kedekatan kami atau paling tidak saya merasakan kedekatan yang lebih dengan teman ini.

Kami kenal sudah bertahun-tahun lamanya sejak jaman kuliah dan entah apa yang membuat saya begitu nyaman bercerita tentang apapun dengan laki-laki ini. Mungkin karena kami tidak dekat atau karena (entah kenapa) saya percaya dengan laki-laki ini.

Bertahun-tahun sudah terlalu banyak cerita yang dibagi dan laki-laki ini yang paling tahu detil kehidupan saya. Cara dia untuk bertanya, menanggapi atau hanya sekedar diam mendengarkan saya itu yang paling melekat di ingatan. Ketulusannya untuk mendengar cerita yang sedih dan tidak penting untuk hidupnya yang membuat saya sangat berterima kasih karena diberi teman seperti dia.

Bahkan ketika saya hanya menghubungi disaat saya benar-benar butuhpun tidak membuat dia protes atau marah tapi tetap saja dia bertanya dan mendengarkan tentang kehidupan saya yang benar-benar tidak penting untuknya.

Hubungan tanpa definisi ini sebelumnya tidak pernah masuk ke dalam daftar cerita saya dan dalam kegelisahaan saya karena sepertinya saya merasa aman dengan keberadaan dia dan tahu kapanpun saya bisa menghubungi dia. 

Sampai ketika beberapa waktu lalu, ketika memasuki masa tidak tahu harus berbuat apa yang merupakan pertanda harus menghubungi dia. Ternyata, dia pamit. Pamit untuk melanjutkan hidupnya diluar sana, bukan di Indonesia. 

Hal ini bikin perasaan bercampur aduk, di satu sisi saya senang karena dia berhasil mengejar apa yang dia mau tapi di sisi lain saya sedih karena tidak dapat menghubungi paling tidak satu tahun kedepan.

Satu tahun kadang memang tidak terasa tapi kehilangan teman berharga rasanya akan berat. Seperti manusia tidak bersyukur pada umumnya, memang rasa kehilangan itu akan benar-benar terasa ketika orangnya sudah pamit. Pamit dalam kondisi berantakan.

Terakhir dia bilang yang bikin tambah enggak tahu harus gimana adalah "gue gak akan ngebiarin lo sendiri kok" dan sesaat sebelum jalan "lo baik-baik ya".

Ah!

Tidak ada komentar: