Rabu, 10 Desember 2014

Kelinci

Ketika sudah sampai di daerah ini berarti aku mungkin saja terjebak.

Kemarin aku melihat kelinci di hutan itu. Warnanya putih tapi tidak bersih, matanya hitam tetapi tidak semua. Sedang tenang bersama temannya. Temannya besar dan juga putih tetapi bersih. Aku datangi saja, seperti kelinci yang kulihat waktu itu tapi kubiarkan saja. Seru sekali perbincangan kelinci itu, aku hanya tertawa dan sesekali tersenyum. 

Aku hampir lupa, hari itu aku ke hutan bersama temanku. Aku panggil temanku untuk melihat dua kelinci itu. Hari itu ramai, ada juga kijang yang ikut bercengkrama dengan kelinci. Lagi lagi aku hanya melihat saja sambil sesekali tersenyum. 

Aku benar-benar hanya tersenyum dan kelinci bertanya mengapa aku hari itu ke hutan. Kemana saja selama ini tak pernah bermain lagi. Sebenarnya hari itu aku lelah sekali, aku butuh udara segar dan obrolan menarik dengan isi hutan. Sebenarnya aku hanya ingin mampir sebentar mencari buah untuk aku bawa pulang tapi entah kenapa aku tak mau membiarkan kelinci itu lagi.

Sekali lagi aku hampir lupa kalau aku ke hutan bersama temanku. Temanku sepertinya tak tertarik dengan obrolan kami, dia memutuskan untuk pergi meninggalkanku. Aku hanya ingin mencari buah untuk kubawa pulang tapi kelinci menemaniku. 

Kami terlibat obrolan serius, buah apa yang mau aku cari untuk kubawa pulang. Kata kelinci, lebih baik makan di hutan karena rasa buahnya akan lebih segar daribada dibawa pulang. Sesuatu yang sudah dipetik akan terlihat layu sebagaimanapun dijaga walaupun tertap bermanfaat.

Di tengah perjalanan yang tiba-tiba menyenangkan, kami melihat macan. Kenapa sih aku selalu lupa memberitahu kalau kami sekarang hanya berdua, kelinci besar tiba-tiba rindu rumahnya dan kijang-kijang sudah kembali ke gerombolannya. Dan kami melihat macan, kelinci dengan cepat melompat dan bersembunyi di balik pohon. Sedangkan aku yang bodoh malah berteriak, lalu berlari kke tempat kelinci bersembunyi.

Kelinci tertawa, katanya dia pikir aku tidak takut karena aku lebih tinggi dari macan. Aku tertawa, aku pikir kelinci dan macan adalah teman baik karena penghuni hutan. Padahal macan sedang bersama srigala dan mereka sebenarnya tidak perduli dengan kami. Kami dibodohi dengan ketakutan sendiri.

Kami berbalik arah dan menemukan pohon mangga yang tinggi besar. Aku yang lebih besar hanya duduk saja dan membiarkan kelinci berusaha mengambil beberapa buah mangga untuk kami makan. Hari itu kelinci baik sekali, mungkin karena kami sama-sama lapar.

Sudah makan dan aku pulang.

Setelah hari itu aku setiap hari mengunjungi hutan untuk sekedar berbagi cerita dengan kelinci. Kadang tidak juga sih, kelinci juga suka mengunjungi rumahku. Begitu saja terus sampai aku bosan. Bosan dengan kelinci yang menggemaskan itu.

Aku pergi saja kesana kemari melupakan kelinci yang mungkin menungguku. Aku sibuk sendiri dengan teman-temanku dan membiarkan kelinci yang sedang sedih sampai sakit. 

Kelinci tiba-tiba datang, mengetuk pintu rumahku yang masih saja berantakan. Lalu dia bilang kalau dia sakit, aku malah tertawa. Setelah itu, aku diam dan hatiku sakit. Manusia macam apa aku ini, aku berlari ke hutan mencari buah segar untuk kelinci tapi terlambat. Kelinci lain sudah datang membantunya. Sudahlah, memang kebodohanku.

Setelah itu aku berjanji untuk terus mengikuti kemanapun ia pergi. Setiap hari aku carikan buah paling segar dan aku datang tanpa kelinci memintaku. Setiap harinya kelinci tidak pernah pulang dan akupun begitu. Semakin dalam masuk ke dalam hutan yang semakin sedikit cahaya mataharinya.

Aku ingin pulang tapi aku mengingat janjiku, aku juga tak mengerti mengapa aku tak bisa melanggar janji yang aku buat sendiri. Padahal biasanya semudah membalik telapak tangan, tapi aku tak mau menyakiti kelinci lagi.

Aku sudah tidak dapat membedakan siang dan malam. Kelinci masih tertawa dan akupun ikut tertawa, hatiku rasanya tenang walaupun kadang ada kabut yang menghalangi pandangan tetapi kelinci tetap membuatku tenang.

Hari itu, setelah entah berapa lama aku berada di hutan. Kelinci masih tertawa tapi raut mukanya sedih dan bilang kalau dia mau kembali bermain dengan kelinci lainnya. Kelinci pergi dan membiarkan aku dalam kebingungan, melihat sekitar dan aku tertegun. Kalau sudah sampai di daerah ini berarti aku mungkin saja terjebak.

Tidak ada komentar: