"Kalau lagi naik motor kamu ngapain sih?"
"Hah?"
"Iya, ngapain?"
"Iya, ngapain?"
"Ya ngeliatin jalanan sambil sesekali sesumbar ngatain orang yang gak bener"
"Kalo lagi enggak ngatain orang ngapain?"
"Nyanyi-nyari sendiri soalnya aku bosenan"
"Jadi sepanjang jalan gitu setiap hari?"
"Iya, sering muncul banyak pemikiran sih dari berkendara itu"
"Misalnya?"
"Banyak sih, mikirin hiduplah tentunya tapi ada beberapa hal yang tiba-tiba suka masuk dalam pikiran aja."
"Misalnya?"
"Kemarin abis jatuh dari kasur terus mikir kenapa bisa fatal ya efeknya, lalu ingat-ingat obrolan sama temen lalu terjadilah sebuah keputusan, mungkin karena jatuhnya enggak siap jadi kaget. Habis itu ketawa"
"Kenapa?"
"Karena tiba-tiba kepikiran korelasinya sama hidup, kalo jatohnya juga gak siap pasti kaget dan tanpa persiapan jadi lebih sakit"
"Emang lucu?"
"Ya lucu lah karena semua ada hubungannya"
"Terus apalagi?"
"Suka mikirin juga kenapa orang-orang pada terburu-buru"
"Buat apa?"
"Penasaran aja"
"Lalu?"
"Akhir-akhir ini suka kangen"
"Kangen siapa?"
"Eh gak tau kangen apa enggak deng, ya gitu aja suka kepikiran aja"
"Terus?"
"Kadang-kadang suka mikirin kenapa begini kenapa begitu"
"Oh iya?"
"Suka bingung sendiri kebanyakan mikir pake perasaan tapi ini otaknya gak pernah bisa diem sama sekali. Kadang suka terbawa sampai gak sadar tau-tau sampe atau seringnya tau-tau nyasar"
"Kok bisa?"
"Mungkin agak bahaya sih, tapi makanya itu enggak pernah ngebut kalo bawa motor dan ngeliatin jalanan. Herannya gitu, mata fokus ke jalan tapi pikirannya kemana-mana"
"Hati-hati lah"
"Iya, ngelewatin jalan yang sama itu membosankan makanya seringnya pergi dan pulang muter-muter sambil ngasih hadiah buat diri sendiri untuk sendiri tanpa gangguan dan mikir"
"Seneng ya?"
"Iya, jalan-jalan itu kadang menyenangkan juga lumayan untuk sehari-hari"
"Ada yang seru?"
"Iya, kemarin-kemarin ada beberapa orang yang bilang kalau kita gak bisa dapet semua. Kenapa ya? Kadang udah capek-capek usaha tapi enggak berhasil"
"Capek ya?"
"Iya, kadang. Harus kasih pengertian ke diri sendiri kalau enggak bisa dapet semua walaupun udah usaha. Padahal udah sering dikasih pengertian tapi suka lupa."
"Kenapa?"
"Karena kalau enggak ya kasian dia berharap. Harapan itu merusak tapi katanya hidup harus berharap tapi setelah berharap eh enggak dapet apa-apa dan setelah itu disuruh ikhlas supaya selesai aja masalahnya yang sebenernya enggak selesai"
"Ya, harus gitu kan?
"Lebih baik dan cepat itu enggak usah berharap kalau ujung-ujungnya harus pasrah. Pasrah aja dari awal jadi enggak mengalami yang enggak dapet apa-apa karena emang enggak punya apa-apa. Dibilang juga hidup di dunia cuma numpang, sebentar. Jadi buat apa punya harapan banyak-banyak"
"Lebih baik dan cepat itu enggak usah berharap kalau ujung-ujungnya harus pasrah. Pasrah aja dari awal jadi enggak mengalami yang enggak dapet apa-apa karena emang enggak punya apa-apa. Dibilang juga hidup di dunia cuma numpang, sebentar. Jadi buat apa punya harapan banyak-banyak"
"Oh gitu ya?"
"Iya, lebih baik mengikuti alur yang ada. Menikmati dikasih susah sama seneng. Susah juga harus dinikmati karena mau diapain lagi kan"
"Iya sih. Terus sekarang gimana?"
"Hajar-hajar aja sih karena hidup gak punya apa-apa. Kalo gagal juga gak ada yang hilang, paling diri sendiri. Hajar aja semua yang mau, apapun yang terjadi, dapet sukur enggak ya udah tapi itu harapannya hampir gak ada. Sama enggak lupa buat berusaha baik sama orang walaupun suka dikatain bego, emang bego sama baik bedanya tipis."
"Hubungannya apa?"
"Gak tau deh, tapi selama ini kalau baik sama orang banyak juga dapet hal baik. Ketemu orang-orang berengsek jarang, mungkin cuma dikasih sedikit buat belajar untuk enggak kayak gitu"
"Gitu ya?'
"Gak tau sih, rasanya begitu aja."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar