Good things come to those who float, begitulah kira-kira yang ingin disampaikan sebuah grup musik yang resmi berdiri para tahun 2005. Hotma “Meng” Roni Simamora, Windra “Bontel” Benyamin dan Raymond Agus Saputra akhirnya memilih suatu nama yang tentu saja memiliki arti tersendiri, sebuah kesan ringan dan sebagai sarana kreasi tiap anggotanya, Float.
Musik yang bagus akan tetap menjadi yang bagus di hati penikmatnya, entah itu komersil atau tidak. Itulah tujuan utama sang vokalis yaitu membuat musik yang bagus. Mungkin kata idealis atau indie tidak pernah terlintas di pikiran mereka karena mereka sibuk menjadi narcissist, menikmati karya sendiri tanpa berpikir akan idealis atau indie.
Float banyak terinspirasi dari lagu-lagu The Beatles. Sang vokalis sangat terinspirasi oleh Sting, Dave Matthews Band, Ismail Marzuki, Guruh Soekarno Putra, Erik Satie, Antonio Carlos Jobim, Queen, Harry Connick, Jr., The Doors, Tuck & Patti, dan masih banyak lagi. Sedangkan Windra dan Raymond cenderung lebih suka lagu-lagu yang ngerock seperti Pink Floyd, Led Zeppelin, Jimmi Hendrix, Radiohead, The Cure, dan lain-lain.
Mungkin tidak banyak yang pernah mendengar nama Float, nama ini mulai melambung setelah berhasil mengisi soundtrack sebuah film yang berjudul “3 Hari untuk Selamanya”. Tapi Float tidak dimulai dari sana.
Tahun 2003, Windra Benyamin atau akrab disapa Bontel menawarkan Hotma Roni untuk memproduseri album solonya. Hal itu disambut dengan antusias oleh Meng, begitulah sapaan akrab sang vokalis.
Proyek ini sempat terhenti karena kesibukan masing-masing, hingga di suatu ketika Bontel menghubungi Meng untuk mengajak melanjutkan proyek yang tertunda tapi dalam bentuk band. Meng pun setuju karena pada saat itu yang paling penting adalah merekam lagu-lagunya. Maka muncullah lagu-lagu seperti “Stupido Ritmo’, “Pulang”, dan “No-Dream Land”.
Ya. Album pertama mereka memang hanya tiga lagu. Itu dikarenakan hanya tiga lagu yang baru siap dan mereka tidak sabar ingin pamer. Bontel memamerkan CD demonya kepada seorang teman yang bernama Ferry Lubis yang kebetulan kenal dengan Music Directornya “Prambors”, Anton. Lalu diam-diam memberikan CD demonya ke Anton.
Bontel yang merupakan visioner sejati pada masa itu, akhirnya mengajak untuk membuat mini album. Biaya produksi merupakan hasil patungan anggota Float. Semua dikerjakan sendiri mulai dari produksi sampai distribusi tapi untuk cover dikerjakan oleh Fero Utama dan video clip dikerjakan oleh Joe Gievano yang merupakan teman-teman mereka.
Lagu “Stupido Ritmo” dalam beberapa minggu menjadi peringkat satu di progam musik indienya Prambors, Nubuzz. Pada saat ini mini album yang dibuat 1000 buah sudah mulai disebar di distro Jakarta dan Bandung, beberapa lagi dikirim ke radio-radio yang ada disana.
Album kedua mereka yang merupakan Soundtrack “3 Hari untuk Selamanya” bisa dibilang merupakan album yang paling berhasil karena lagu-lagu mereka lebih dikenal publik dengan promo besar-besaran membuat Float sering tampil di televisi yang merupakan media yang paling mudah diakses.
1000 buah album mini yang diproduksi sendiri ternyata membawa keberuntungan dari Float, lagu-lagunya nyangkut di hati beberapa orang di Miles Production. Bontel yang pertama kali menerima tawaran dari Miles Production yang tentu disambut gembira oleh anggota Float yng lain.
Ceritanya waktu itu, Float sedang bermain di Tornado Coffee Kemang. Mira Lesmana dan Riri Riza berada diantara penonton. Ketika Meng akan ke toilet disana Mira Lesmana sudah siap untuk mencegat dan berkata “Jadi ya ngisi di film gw..!!!” dan dijawab dengan singkat “Iya laahh!!!”, sepenggal percapakan yang menarik dan disanalah album kedua dimulai.
Materi lagu yang sudah ada kebetulan cocok dengan cerita di Film “3 Hari Untuk Selamanya”, hanya perlu melakukan perubahan kecil. Dari semua lagu yang ditawarkan munculah lagu dengan judul “Biasa” yang dipilih untuk menjadi theme song tapi supaya lebih cocok dengan filmnya, judul dan beberapa liriknya diganti. Terakhir mereka meminta satu buah lagu dengan judul “You’ll Have Your Band’s Name On The Wall” dan instrumental (music score) untuk beberapa adegan.
Berkat mengisi soundtrack film tersebut Float menyabet dua penghargaan sekaligus, Best Soundtrack pada Jakarta Film Festival dan Best Theme Song pada MTV Indonesian Movie Awards. Ternyata Float tidak hanya sukses di dalam negeri saja, lagu Float yang berjudul “Surrender” pernah menjadi theme song untuk promo serial “Heroes” season 2. Tidak hanya itu, lagu yang berjudul “Time” menjadi finalis John Lennon Songwriting Contest pada tahun 2006 dan “Surrender” menjadi semifinalis UK Songwriting Contest dua tahun kemudian.