Kamis, 08 Desember 2016

Sekarang

Ketika [kaum mayoritas] bebas berpendapat.

Selasa, 06 Desember 2016

(Bukan) Sebuah Hubungan

Ada seorang laki-laki. Laki-laki ini akhirnya mampir di tulisan yang berarti sudah masuk kedalam kegelisahan yang membuat perut menjadi sakit.

Laki-laki ini sering mondar-mandir didalam hidup tapi tak pernah benar-benar singgah. Sekedar meninggalkan jejak-jejak menyenangkan dan tak ada kesedihan, mungkin karena kami tak terlalu saling mengenal. 

Setiap obrolan yang terjadi selalu menyenangkan dan menarik. Menarik untuk ditanggapi dan menarik untuk dibahas panjang lebar. Padahal mungkin hanya masalah sepele, hal yang kelihatan sepele tapi mengenai kesukaan kami yang sama.

Aku bahkan tak ingat kapan kami terakhir bertemu dan juga tak ingat bagaimana kami berkenalan, tahu-tahu kami sudah berada dalam obrolan. Obrolan yang muncul begitu saja tanpa dipikirkan akan dibawa kemana.

Dalam satu hari kami bisa ngobrol terus menerus tak henti tapi setelah itu kami tak berbicara lagi sampai nanti ketika entah aku atau dia ingin membahas sesuatu. Hubungan kami tak pernah lebih dari ini. 

Ketika kami tak berbicara akupun tak merasa rindu dan dia tak pernah jadi bahan pembicaraan kepada teman-temanku, seakan hubungan ini hanya kami yang tahu. Hubungan yang tak bisa juga disebut sebagai hubungan karena aku tak tahu sama sekali apa-apa tentang dia.

Aku hanya tahu dia adalah seorang yang berharga, paling tidak buatku.

Kamis, 01 Desember 2016

Kesempatan Buruk



Ceritanya kemarin itu semenjak gue kerja di kantor akhirnya saya dapet godaan, karena berkat kesigapan yang gue lakukan maka di kantor dapat hadiah sebuah voucher senilai 2juta. Banyak loh itu untuk ukuran gue dan si mbak-mbak yang kasih bilang kalo gak abis dibagi-bagiin aja gitu. Terus dia bilang kemarin juga ada yang orang kantornya gak tau dan dipake sendiri.

Pikiran saya yang bersih tiba-tiba jadi kotor sejenak, banyak setan-setan yang masuk untuk mengajak saya berbuat dosa. Lalu banyak strategi yang muncul untuk si 2 juta itu.

Skenario 1 : Enggak usah bilang kalo dapet voucher 2 juta. Muahahahahaha..
Skenario 2 : Bilang kalo dapet voucher 1 juta. Hihihihi..
Skenario 3 : Enggak bilang apa-apa tentang voucher. Ha!

Lalu datang lagi si pikiran baik yang segera menyadarkan kalo gue enggak semurahan itu. Lalu datang lagi si jahat kalo bilang itu lumayan dan gitu aja terus sepanjang jalan pulang sampe akhirnya nonton baru deh lupa sama pikiran busuk itu.

Tapi sepanjang jalan ke kantor itu pikiran busuk masih juga menyertai. Sampai akhirnya diberhentikan oleh diri sendiri. 

Lalu gue pikirannya berjalan-jalan, mungkin ini yang dirasakan orang-orang yang disuap atau orang-orang yang dapet jatah karena berhasil bikin kerjasama. Jatah yang harusnya bukan milik dia sepenuhnya tapi karena dikasih ke dia jadi aja bikin bergejolak.

Yang bisa mengingatkan memang cuma diri sendiri. Gue inget kalo gue anak baik, gue juga inget kalo itu dosa, gue juga inget kalo gue gak murahan, gue inget kalo gue enggak sekotor itu. Dan kejadian ini tiba-tiba ngingetin waktu itu nemu meme di 9GAG.

https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/564x/49/11/80/491180d20666c4719415f9e1fed33fe3.jpg

Menurut gue sih bener, bukan uang yang mengubah manusia tapi uang membantu manusia untuk mengungkap dirinya.

Karena ya gue bukan orang yang tamak jadi diiming-iming uang begitu enggak ngaruh karena bukan hak gue. Dan jangan salahkan uang karena uang cuma benda, mungkin kita yang kurang kuat. 

Gila sih gue emang bijak banget. 

Jadi, ya gue berhasil melawan pikiran buruk yang muncul di dalam diri dan dilawan oleh diri sendiri yang baik karena hati memang enggak pernah bohong.