Minggu, 12 Februari 2012

Rumah Istimewa

Biasanya setiap pulang main sepeda saya melewati rumah itu. Rumah sederhana dekat lapangan tempat anak-anak bermain. 

Sore itu biasa saja, sama seperti hari-hari yang lain. Sore itu tidak panas dan tidak juga mendung, biasa saja. Saya mengeluarkan sepeda saya lalu mengayuhnya, tidak jauh hanya disekitaran rumah.

Saya melewati rumah itu, rumah sederhana yang saya ceritakan. Rumah dengan cat putih dan pagar berwarna hitam, halamannya juga tidak besar tapi kalau sore biasanya ada kakek dan nenek sedang duduk berdua. Mungkin saling bercerita, melihat anak-anak yang bermain dilapangan atau sekedar duduk saling menemani.

Sore itu lain, di depan rumah itu ada tenda dan ada bendera kuning. Ada yang meninggal, saya baca tulisan di bendera kuning sepertinya sang kakek meninggal. Saya tidak kenal dengan kakek dan nenek itu, saya hanya melihat kondisi rumah itu lalu pulang.

Kejadiannya belum lama, kalau saya tidak salah mengingat belum sampai satu bulan. Tidak ada yang istimewa pada hari itu, perasaan saya biasa saja dan tidak terpengaruh sedikitpun.

Entah, tapi beberapa waktu ini saya merasa rindu. Saya rindu melihat kakek dan nenek itu duduk berdua, duduk berdua di depan rumah dengan kursi plastik. Saya tak pernah tahu apa yang mereka lakukan atau mereka perbincangkan. Bahkan saya tak tahu nama kakek dan nenek itu tapi rasanya rindu.

Sekarang, setiap kali melewati rumah itu ada rasa kosong yang aneh. Saya tak mengerti kenapa muncul perasaan seperti itu ketika saya benar-benar tak tahu apapun tentang mereka. 

Saya harap kakek sekarang sudah bahagia dan semoga nenek sekarang tidak kesepian. Sekarang, setiap melewati rumah itu rasanya sepi.